Di Indonesia, kuntilanak menjadi salah satu 'hantu' yang populer. Peneliti pun tertarik melakukan penelitian tentang kuntilanak.
Antropolog Jerman bernama Timo Duile melakukan penelitian tentang asal-usul sosok yang biasanya digambarkan sebagai perempuan berbaju putih, berambut panjang, dan sering tertawa nyaring itu.
Dilansir detikTravel, Senin (28/8/2023), mengutip CNBC Indonesia, penelitian Timo Duile itu berjudul 'Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia' yang dipublikasikan Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia pada 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuntilanak juga ada di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, yang menyebutnya 'pontianak'. Di negara-negara tersebut kuntilanak atau pontianak digambarkan sebagai mayat hidup yang mengancam manusia karena tidak dapat menemukan kedamaian setelah meninggal.
Penamaan pontianak di Malaysia sebagai kata ganti kuntilanak tidak terlepas dari kaitannya dengan asal-usul Kota Pontianak. Kata Pontianak sendiri berasal dari bahasa Melayu 'Ponti' yang berarti pohon tinggi. Asal kata ini berkaitan erat dengan kondisi alam di Delta Sungai Kapuas dan Landak yang jadi cikal bakal Kota Pontianak.
Jadi, di wilayah tersebut banyak pepohonan tinggi yang banyak ditempati roh-roh. Roh sendiri adalah pandangan lazim dalam masyarakat animisme. Roh berbeda dengan dewa dan umumnya memiliki berbagai sifat seperti manusia, ada yang jahat, baik, atau netral. Karenanya roh bisa hidup berdampingan dan saling berkomunikasi dengan manusia.
Namun, pandangan ini berubah ketika Syarif Abdurrahim menggusur pepohonan itu dan menjadikannya sebagai permukiman yang jadi cikal bakal Kota Pontianak.
Menurut Timo, sejak penggusuran itu dilaksanakan terjadilah perubahan sebutan terhadap roh tersebut menjadi pontianak atau kuntilanak yang merujuk pada penunggu pepohonan tinggi. Ini juga yang membuat manusia modern mengidentikkan pohon besar, seperti beringin, sebagai tempat tinggal setan.
Sementara itu, menurut riset sejarawan Nadya Karima Melati berjudul 'Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme' (2022), terungkap mengapa kuntilanak digambarkan berubah menjadi seram dan identik dengan wanita.
Selengkapnya di halaman selanjutnya
Kepada CNBC Indonesia, Senin (20/2/2023), Nadya yang telah lebih dulu melakukan riset kuntilanak sejak 2013 memaparkan, pandangan seram itu terjadi karena kedatangan agama monoteisme. Kehadiran monoteisme menolak adanya sosok spiritual lain selain Tuhan, karenanya, pandangan roh bergeser menjadi hantu atau monster.
"Agama monoteisme diperkenalkan bersamaan dengan patriarki. Mereka memperkenalkan konsep ketuhanan yang maskulin, menggeser kemudian menghancurkan kepercayaan lokal yang berhubungan dengan roh dan alam," tulisnya.
Berubahnya pandangan roh menjadi hantu tersebut selaras dengan pelekatan perempuan sebagai hantu. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki pengalaman erat yang dekat dengan kematian. Sebut saja seperti kelahiran. Angka kematian yang tinggi pasca kelahiran membuat perempuan diasosiasikan sebagai hantu. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan.
Meski begitu, penggambaran kuntilanak sebagai perempuan yang menyeramkan sudah terlanjur berakar karena sering dipopulerkan oleh film dan cerita misteri.
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM