Jaringan Gusdurian Sebut Politik Identitas Sebenarnya Baik, Tapi...

Jaringan Gusdurian Sebut Politik Identitas Sebenarnya Baik, Tapi...

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 02 Agu 2023 18:38 WIB
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad saat memberikan keterangan di Banguntapan, Bantul, Rabu (2/8/2023).
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad saat memberikan keterangan di Banguntapan, Bantul, Rabu (2/8/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad menilai penggunaan politik identitas sebenarnya sah-sah saja terjadi dalam Pemilu. Namun, saat ini politik identitas justru sering berujung pada perpecahan saja.

"Politik identitas saya kira sebenarnya baik, artinya mengangkat identitas masyarakat sebagai sebuah modal dalam proses perjuangan politik," kata Jay Akhmad di Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Rabu (2/8/2023).

Namun, dalam praktiknya politik identitas menjurus ke satu hal dan sangat berpotensi ke arah perpecahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi kemudian dalam praktiknya ini memang punya efek ketika identitas itu ditangkap istilahnya secara primordialisme," ucapnya.

Perlu diketahui, primordialisme adalah suatu pandangan terhadap ras, agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya yang melekat dalam diri individu sejak lahir. Paham ini mampu meningkatkan semangat berbangsa, dan bernegara karena dapat memperkuat ikatan golongan atau kelompok sosial tertentu dalam menghadapi ancaman eksternal.

ADVERTISEMENT

"Dalam konteks jaringan Gusdurian tentu mendorong politik identitas ini lebih ke arah positif, bahwa masyarakat perlu mengenali, berangkat dari mana, siapa kelompoknya," ujarnya.

Dorongan itu seperti memberikan pemahaman jika ada satu kesamaan di tengah perbedaan, yaitu sama-sama bangsa Indonesia. Selain itu, menekankan bahwa perbedaan adalah yang biasa dan tidak harus kemudian sampai menjadi alasan untuk berpecah belah.

"Seperti juga yang pernah disampaikan Gus Dur, yang sama jangan dibeda-bedakan dan yang beda jangan di sama-samakan," ucapnya.

Apalagi, agama Islam seringkali menyampaikan bahwa perbedaan itu sesuatu yang biasa. Sedangkan yang tidak biasa adalah perpecahannya.

"Nah ini yang sering kali, pengalaman kemarin justru yang muncul dari politik identitas adalah perpecahannya," katanya.

"Ini yang harus diantisipasi terutama oleh jaringan Gusdurian, terkait dengan terus membangun kesadaran di tengah masyarakat bahwa berbeda itu biasa, apapun perbedaanmu, agamamu beda, sukumu beda, pilihan politikmu beda, tetapi yang lebih penting adalah dari perbedaan itu apa yang bisa menyatukan," lanjut Akhmad.




(ahr/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads