Air Terjun Toroan adalah satu sudut alam di Pulau Madura yang kerap membuat pengunjung tertegun, berlokasi di antara dataran kering dan kuatnya tradisi lokal. Terletak di kawasan Ketapang, Kabupaten Sampang, air terjun ini menyuguhkan pemandangan langka, aliran air tawar yang jatuh dari tebing dan langsung bermuara ke perairan Laut Jawa.
Kombinasi deburan air terjun, batu karang berwarna kekuningan, dan latar laut biru menciptakan panorama yang tak mudah dilupakan oleh wisatawan. Keunikan Toroan membuatnya makin sering jadi rujukan wisatawan yang mencari pengalaman berbeda dari sekadar pantai atau bukit.
Saat air laut pasang, warna kolam di bawah air terjun berubah, menambah nuansa dramatis yang sering diabadikan lewat foto. Di sisi lain, lokasi Toroan yang relatif mudah dijangkau dari jalan raya utama membuatnya ramah bagi pengunjung keluarga maupun pelancong solo.
Pesona Alam dan Keunikannya
Air Terjun Toroan merupakan destinasi wisata yang sangat istimewa karena memadukan pesona alam yang murni dengan suasana yang sangat asri. Dilansir dari laman resmi Kabupaten Sampang, ketinggiannya mencapai sekitar 10 meter, dengan air yang sangat jernih dan segar, menjadikannya pemandangan yang menawan.
Keunikan utama dari Toroan terletak pada lokasinya yang langsung mengalir ke laut. Pengunjung dapat menikmati perpaduan kontras yang eksotis antara air terjun yang menghadap langsung ke pantai berpasir putih yang bersih.
Pemandangan aliran air yang jatuh langsung ke bibir pantai ini menciptakan latar belakang yang benar-benar menakjubkan dan jarang ditemui. Berkat keindahan alam dan kontras lokasinya yang unik, Air Terjun Toroan juga merupakan lokasi yang ideal bagi para penggemar fotografi.
Keindahan alami di sekitarnya menyediakan banyak spot yang Instagramable dan memukau, cocok untuk mengabadikan momen-momen liburan yang tak terlupakan. Selain pesonanya yang memanjakan mata, Air Terjun Toroan juga menawarkan ketenangan dan kedamaian.
Terletak di tengah-tengah hutan yang hijau, suara gemericik air berpadu harmonis dengan suara alam sekitar. Hal ini menjadikan Toroan tempat yang sempurna untuk bersantai, menenangkan pikiran, dan melarikan diri sejenak dari kebisingan rutinitas kota.
Asal-usul Air Terjun Toroan
Dikutip dari laman Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, kisah ini bermula dari sepasang suami istri perantau dari Kalimantan, Sitti Fatimah dan Syayyid Abdurrahman (yang lebih dikenal sebagai Birenggono), yang menetap di Dusun Langgher Dejeh, perbatasan Desa Ketapang Daya dan Ketapang Timur, Sampang. Mereka datang ke Madura bersama adik Birenggono, Syayyid Abdurrokhim (dikenal sebagai Birenggana), dengan tujuan menyebarkan agama Islam.
Pasangan ini sangat dihormati masyarakat setempat karena keluhuran budi dan ilmu kesaktian yang mereka miliki. Kisah tentang kesaktian Birenggono disimbolkan melalui sebuah peristiwa di tepi jalan.
Suatu hari, Birenggono menyapa seorang bapak tua yang memikul karung. Karena takut dirampok, bapak tua itu berbohong dan mengatakan bahwa isi karungnya adalah garam, padahal isinya adalah beras.
Setelah berpisah, karung tersebut benar-benar berubah menjadi garam. Ketika bapak tua itu kembali untuk meminta maaf dan mengaku jujur, Birenggono mengingatkannya akan pentingnya kejujuran.
Sekembalinya di rumah, karung tersebut kembali berisi beras, menunjukkan kekuatan spiritual dan pelajaran moral yang disampaikan oleh Birenggono. Sayangnya, kehidupan rukun pasangan ini diganggu kecurigaan perselingkuhan yang saling timbul.
Untuk membuktikan kebenaran dan kesucian diri mereka, Sitti Fatimah dan Birenggono memutuskan untuk melakukan sumpah sakral di hadapan banyak orang. Sitti Fatimah bersumpah bahwa jika ia tidak bersalah, makamnya tidak akan hanyut meski dikuburkan di tengah sungai.
Sementara itu, Birenggono bersumpah bahwa jika ia tidak bersalah, makamnya di atas bukit kapur akan mudah digali hanya dengan ranting pohon jarak. Beberapa tahun kemudian, pasangan suami istri ini meninggal dunia secara bersamaan.
Masyarakat kemudian memenuhi wasiat sumpah mereka. Ketika jenazah Sitti Fatimah dimakamkan di tengah hilir sungai, sebuah keajaiban terjadi, aliran sungai terbelah dua seolah menghindari makam tersebut, dan airnya turun membentuk air terjun.
Fenomena inilah yang melahirkan nama Air Terjun Toroan (berasal dari kata toron, yang berarti 'turun' dalam bahasa Madura), dan makam Sitti Fatimah dikenal sebagai Asta Buju' Penyeppen. Demikian pula dengan Birenggono, ia dimakamkan di bukit kapur.
Dengan mudah, penduduk dapat menggali bukit tersebut hanya menggunakan ranting pohon jarak, membuktikan kesuciannya. Makam ini kini dikenal sebagai Asta Kam Tenggi. Hingga kini, kedua makam keramat tersebut (Asta Buju' Penyeppen di Ketapang Daya dan Asta Kam Tenggi di Ketapang Timur), serta Air Terjun Toroan masih dijaga dan dihormati sebagai situs bersejarah dan keramat oleh masyarakat setempat.
Akses, Fasilitas dan Aktivitas Wisata
Akses menuju Air Terjun Toroan relatif mudah dicapai baik dari dalam maupun luar Pulau Madura. Dari Surabaya, rute paling umum adalah melintasi Jembatan Suramadu menuju Sampang dengan estimasi waktu perjalanan sekitar 2-2,5 jam.
Kemudian dilanjutkan sekitar 30-45 menit menuju Desa Toroan. Jalan mayoritas bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat, meski beberapa titik berupa jalan pedesaan yang lebih sempit sehingga perlu kehati-hatian saat berkendara.
Toroan menawarkan pelayanan dasar yang memadai untuk destinasi pedesaan. Area parkir sederhana dengan tarif sekitar Rp 2.000-Rp 5.000, sejumlah warung makan kecil milik warga setempat, serta jalur setapak menuju tepi air terjun.
Tidak ada tiket masuk resmi, kunjungan umumnya gratis, meski pengunjung dianjurkan memberi sumbangan sukarela atau menggunakan jasa pemandu lokal yang menawarkan tarif berkisar Rp 20.000-Rp 50.000 bagi yang membutuhkan penjelasan sejarah atau pengawalan saat menjelajah.
Aktivitas yang ramai dilakukan pengunjung, antara lain berenang di kolam alami (dengan kehati-hatian apabila debit air cukup besar), fotografi lanskap, berjalan-jalan di jalur sekitar, serta duduk santai menikmati udara segar dan suara gemericik air. Perjalanan menuju lokasi juga sering dimanfaatkan sebagai kesempatan melihat kehidupan pesisir Madura, termasuk aktivitas nelayan dan pemandangan tambak garam yang merupakan bagian dari keseharian kawasan ini.
Untuk keselamatan, pengelola dan warga lokal biasanya mengingatkan agar pengunjung tidak berenang terlalu dekat dengan titik jatuhan air saat debit tinggi dan selalu memperhatikan kondisi ombak di bibir laut. Menjaga kebersihan lokasi serta menghormati area-area yang dianggap sakral oleh komunitas setempat menjadi etika penting ketika berkunjung.
Tips Berkunjung
- Bawa pakaian ganti, karena detikers mungkin akan basah kuyup setelah bermain air di sekitar air terjun. Sepatu atau sandal yang nyaman juga disarankan untuk berjalan di jalur menuju air terjun.
- Pastikan untuk berhati-hati jika ingin berenang atau bermain di sekitar air terjun, karena kadang-kadang aliran air bisa sangat deras.
- Meskipun ada beberapa warung kecil di sekitar, disarankan untuk membawa air minum dan camilan untuk berjaga-jaga selama berkunjung.
- Pastikan untuk menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan di sekitar air terjun agar kelestariannya tetap terjaga.
Air Terjun Toroan tidak hanya menawarkan keindahan alam yang unik karena airnya langsung mengalir ke laut, tetapi juga menyajikan kekayaan sejarah dan spiritual yang mendalam.
Objek wisata ini menjadi titik temu antara keajaiban geologis dan warisan budaya lokal, menjadikannya destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang mencari pengalaman wisata yang menyentuh hati dan sarat makna di Pulau Madura.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
Simak Video "Video Review Film 'Avatar: Fire and Ash' dari Mereka yang Nonton Duluan"
(ihc/irb)