Arca Banteng Ngawi, Jejak Peninggalan Majapahit yang Masih Terjaga

Arca Banteng Ngawi, Jejak Peninggalan Majapahit yang Masih Terjaga

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Sabtu, 13 Des 2025 12:00 WIB
Arca Banteng Ngawi, Jejak Peninggalan Majapahit yang Masih Terjaga
Ilustrasi Ngawi. Foto: Tim detikJatim
Ngawi -

Situs peninggalan sejarah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Daerah ini dikenal sebagai lokasi penemuan fosil manusia purba seperti Pithecanthropus erectus, sekaligus menjadi rumah bagi berbagai artefak kuno.

Salah satu situs yang masih dirawat hingga kini dan menjadi perhatian pegiat sejarah adalah Arca Banteng. Arca Banteng berlokasi di tengah pedesaan Wonorejo, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi.

Situs ini menjadi salah satu bukti fisik perjalanan panjang sejarah masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Wisatawan maupun masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat peninggalan ini dapat datang langsung ke lokasi. Lalu, bagaimana sebenarnya asal-usul Arca Banteng dan apa saja peninggalan sejarah yang ditemukan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Arca Banteng

Mengutip jurnal berjudul "Mengungkap Jejak Sejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit di Arca Banteng Kabupaten Ngawi", keberadaan situs ini pertama kali diketahui pada tahun 1938 oleh seorang warga bernama Mbah Soikromo.

Kala itu, ia merasa curiga melihat gundukan tanah yang sering didatangi kawanan banteng. Setelah dilakukan penggalian oleh Mbah Soikromo bersama warga setempat, ditemukan sebuah batu berukuran besar berbentuk arca yang kemudian disebut sebagai reco atau arca.

ADVERTISEMENT
Batu Yoni dan arca di lokasi lahan motor cross Desa Leses, Kecamatan Manisrenggo.Ilustrasi arca Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Warga setempat meyakini arca tersebut berasal dari masa Hindu-Buddha di Jawa Timur, terutama pada era Majapahit. Penemuan ini kemudian membuat dusun di lokasi tersebut berubah nama menjadi Dusun Reco Banteng sebagai bentuk identitas baru yang melekat dengan temuan arkeologis tersebut.

Saat pertama kali ditemukan, kondisi arca disebut sudah tidak utuh, beberapa bagian mengalami kerusakan akibat faktor usia dan alam. Meski begitu, keberadaannya tetap dianggap penting sebagai jejak masa lalu.

Untuk melestarikan peninggalan tersebut, masyarakat Desa Wonorejo mengadakan tradisi nyadran atau bersih desa setiap satu tahun sekali. Ritual ini untuk menghormati leluhur, sekaligus upaya menjaga warisan budaya. Situs Arca Banteng juga kerap menjadi lokasi ziarah atau tempat merenung bagi sebagian warga.

Temuan Sejarah Lain di Kawasan Arca Banteng

Wilayah di sekitar Arca Banteng tidak hanya menyimpan satu arca. Sejumlah artefak lain yang berkaitan dengan ajaran Hindu dan Buddha juga ditemukan di sekitarnya. Di antaranya sebagai berikut.

1. Nandiswara

Nandiswara digambarkan menyerupai seekor lembu yang dalam kepercayaan Hindu diyakini sebagai kendaraan Dewa Siwa. Arca umumnya ditempatkan di relung sebelah kiri pintu masuk bangunan suci sebagai penjaga tempat pemujaan. Selain memiliki fungsi simbolis, Nandiswara dipercaya memiliki kekuatan penolak bala.

Pengunjung mengamati arca Nandi asal Candi Singasari yang disimpan dan menjadi koleksi Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda, Jumat (15/9). Sejumlah artefak yang tersimpan di museum tersebut antara lain arca dari Candi Singasari, Malang, Jawa Timur, yakni arca Bhairawa, Mahakala, Nandiswara, Nandi, Ganesha, dan Durga Mahisasuramardini. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki/nz/17.Ilustasi Nandiswara yang dipamerkan di museum Foto: ANTARA Foto

2. Stupa

Temuan stupa di Arca Banteng memiliki bentuk unik menyerupai persegi lima dengan ornamen bunga teratai di bagian atasnya. Pada setiap sisinya terdapat simbol atau tulisan yang mencerminkan kepercayaan tertentu.

Sejumlah sumber menyebut bahwa stupa ini melambangkan kejayaan, kedamaian, dan kemakmuran suatu kelompok. Struktur tersebut mengingatkan pada bentuk stupa di Situs Aimoli Alor yang juga menggunakan batuan kapur dalam susunan bertingkat.

3. Lingga Yoni

Lingga Yoni merupakan simbol kesucian sekaligus perlambangan proses penciptaan manusia. Lingga berbentuk tiang silinder atau persegi, sedangkan yoni berupa wadah persegi atau lingkaran yang memiliki pancuran. Dalam ajaran Hindu, Lingga Yoni melambangkan Dewa Siwa dan sering menjadi pusat pemujaan.

Petilasan Ki Ageng Mangir di Bantul. Ada banyak ditemukan peninggalan berupa arca, lingga yoni, dan batu gilang.Ilustrasi Lingga Yoni Foto: Anandio Januar/detikJogja

Arca Lingga Yoni dari masa Majapahit banyak ditemukan tanpa struktur bangunan utuh, seperti yang terlihat di Situs Yoni Lebak Jabung, Situs Watu Kaca, Klinterejo, dan koleksi Museum Trowulan.

4. Arca Ganesa

Arca Ganesa merupakan salah satu arca yang paling dikenal dalam ajaran Hindu. Ganesa digambarkan berkepala gajah, berbadan gemuk, memiliki empat lengan, dan memegang senjata seperti aksamala, parasu, ekadanta, hingga patra.

Ganesa juga dikenal sebagai Dewa pengetahuan, kecerdasan, serta pelindung dari marabahaya. Dalam pewayangan Jawa, ia kerap disebut Batara Gana, putra dari Bhatara Guru.

Benda diduga arca Ganesha ditemukan warga di Dusun Sayidan, Kalurahan Sumberadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, saat menggali tanah untuk pondasi rumah, Rabu (26/6). Foto diunggah Jumat (28/6/2024).Ilustrasi Arca Ganesha Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

5. Batu Penyusunan Candi

Batu-batu penyusun bangunan yang ditemukan di sekitar situs menyerupai batu candi berbahan andesit. Meski tidak membentuk struktur bangunan utuh, temuan ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya memiliki nilai religius yang signifikan.

Harga Tiket, Fasilitas dan Rute Menuju Arca Banteng

Situs Arca Banteng tidak dikenakan tarif masuk alias gratis. Pengunjung hanya perlu menyiapkan biaya parkir sesuai kebijakan warga sekitar. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah musim kemarau agar kondisi jalan lebih mudah dilalui dan area situs tidak licin.

Lokasinya berjarak sekitar 24 kilometer dari pusat Kota Ngawi. Wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi menuju Desa Wonorejo, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 200 meter melalui jalan desa untuk mencapai area situs.

Karena merupakan situs sejarah yang masih dikelola secara sederhana, fasilitas di lokasi belum terlalu lengkap. Namun, suasana pedesaan yang asri membuat pengalaman berkunjung terasa lebih autentik dan menenangkan.

Situs Arca Banteng tidak hanya menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu, tetapi simbol kearifan lokal masyarakat Ngawi dalam menjaga warisan budaya. Keberadaan berbagai arca dan struktur kuno di lokasi ini menunjukkan bahwa pada masa lampau bukan hanya daerah agraris, tetapi pusat aktivitas kebudayaan dan keagamaan.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang tertarik pada wisata sejarah, Arca Banteng berpotensi menjadi destinasi edukatif yang memperkaya wawasan generasi muda tentang peradaban Nusantara.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads