Kecelakaan kapal feri atau kapal penyeberangan di Selat Bali bukan pertama kali ini terjadi. Dalam 10 tahun terakhir tercatat pernah terjadi 2 kecelakaan serupa di Selat Bali yang juga memakan korban jiwa.
Dua Kecelakaan Feri di Selat Bali
KMP Rafalia II pada 2016
Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Rafelia II tenggelam di Selat Bali pada Maret 2016. Akibat dari kecelakaan ini sebanyak 6 orang meninggal terdiri dari 2 awak kapal dan 4 orang penumpang. Tidak ada kendaraan maupun barang penumpang yang berhasil diselamatkan.
Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang diungkap pada 10 Mei 2016, peristiwa tenggelamnya KMP Rafelia itu bermula pada Jumat 4 Maret 2016 sekitar pukul 12.30 WIB (13.30 WITA).
Saat itu KMP Rafelia II berangkat dari Dermaga Landing Craft Machine (LCM) Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Kapal itu bergerak dengan kecepatan rata-rata 6 knot.
Saat posisi kapal sudah berada sekitar 1 NM dari Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, kapal mulai miring ke kiri. Mualim I memerintahkan salah seorang juru muat untuk memeriksa kondisi geladak kendaraan. Juru Muat melihat air masuk dari bagian haluan dan menggenangi geladak kendaraan.
Kemiringan kapal itu terus bertambah. Sementara Nakhoda mengendalikan kapal, Mualim I memberitahukan kondisi kapal ke Petugas Ship Traffic Controller (STC) Dermaga LCM Ketapang. Pemeriksaan lanjutan juru muat pada kondisi genangan menunjukkan penambahan ketinggian air dan kapal makin miring.
Sekitar pukul 12.54 WIB, posisi kapal sekitar 0,5 NM dari Dermaga LCM Ketapang. Atas saran dari Petugas STC Ketapang, kapal digerakkan menuju ke pantai terdekat. Haluan kapal berubah dari yang semula mengarah ke dermaga LCM Ketapang menjadi ke arah pantai terdekat.
Mualim I memerintahkan awak kapal yang sudah bersiaga di haluan untuk menurunkan pintu rampa haluan sejajar dengan permukaan air. Kemiringan kapal mencapai 40 derajat dan terus bertambah. Para penumpang sudah berupaya untuk mencari jaket penolong dan bergerak ke posisi yang lebih tinggi.
Pukul 12.57 WIB, kemiringan kapal mencapai 90 derajat dan selanjutnya kapal terbalik. Sekitar pukul 13.05 WIB, KMP Rafelia II tenggelam sepenuhnya pada posisi 08o 09.111' LS / 114o 24.252' BT atau sekitar 0,2 NM dari pantai terdekat dengan kedalaman sekitar 30 meter.
KMP Yunicee pada 2021
KMP Yunicee yang melayani penyeberangan Ketapang-Gilimanuk terbalik dan tenggelam di utara lampu merah Gilimanuk, Bali pada 29 Juni 2021 sekitar pukul 19.20 WITA saat perjalanan menyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk. Kapal feri itu terbalik saat antre untuk bersandar di pelabuhan di Bali itu.
"Info ada 41 penumpang yang ada di kapal. Sementara ABK sebanyak 13 dan kantin ada 2 orang," kata Kepala BPTD Ketapang saat itu, Rocky Surentu.
Kepala Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi, Banyuwangi, Benyamin Ginting mengatakan sebelum terbalik kapal dihantam ombak dan gelombang.
"Kapal saat itu akan sandar. Sedang antre sandar di Pelabuhan ASDP Gilimanuk. Kapal ini sempat terseret ke selatan, kemungkinan karena ini," ujarnya. "Kapal miring, dan tenggelam ke sisi kiri. Kami baru dapat sumber keterangan dari KKM, kata dia nggak ada kebocoran dan nggak ada air masuk."
Basarnas merilis jumlah korban tenggelam KMP Yunicee sebanyak 76 orang. Ada 51 korban yang selamat, 7 korban meninggal, dan 18 korban belum ditemukan. Itu sudah termasuk penumpang KMP Yunicee dan seluruh awak kapal dan korban lain yang tidak tercatat dalam manifes penumpang.
"Hasilnya berubah, hasil rapat verifikasi dan validasi data bersama didapat jumlah seluruhnya 76 orang korban atas insiden tenggelamnya KMP Yunicee di Selat Bali," kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Bencana Kantor Basarnas Surabaya saat itu I Wayan Suyatna.
Data person on board (POB) atau manifes KMP Yunicee sebanyak 76 orang yang terdiri dari 60 penumpang kapal dan 16 orang kru kapal. Dari 60 penumpang kapal itu sebanyak 38 orang selamat. Dari total korban selamat, hanya ada 24 orang yang masuk dalam manifes kapal.
Sementara untuk 7 penumpang meninggal terdiri dari 5 orang masuk manifes dan 2 orang non manifes. Sementara kru kapal yang selamat 13 orang yang terdiri dari 12 kru kapal dan 1 orang penjaga kantin.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun ke Pelabuhan ASDP Ketapang Banyuwangi. Mereka datang untuk mendalami dugaan kelebihan muatan KMP Yunicee yang tenggelam di Selat Bali.
"KNKT intinya mengumpulkan seluruh data, dari putusan pelayaran, awak dan kondisi kapal, termasuk cuaca pada saat itu. Prosedur penguatan dan lainnya, itu kita dalami," kata Investigator KNKT saat itu, Bambang Irawan.
Bambang mengatakan bahwa data yang ada diduga belum termasuk adanya dugaan penumpang gelap di KMP Yunicce yang mengakibatkan kapal itu kelebihan muatan.
(dpe/abq)