Upaya konservasi sungai jadi berkah bagi desa-desa di Kabupaten Trenggalek. Contohnya di Desa Pandean yang jadi salah satu primadona baru destinasi wisata berbasis alam. Terwujudnya desa wisata ini berawal dari kerja keras bersama untuk menyelamatkan sungai yang kotor dipenuhi sampah.
Ketua Pokdarwis Arum Dewi Pulosari, Desa Pandean, Kecamatan Dongko, Ririn Setyo Widihastuti mengatakan, desa wisata mulai dirintis pada Februari 2021.
"Ide pembentukan desa wisata ini berawal kegelisahan kami melihat sungai yang kotor, banyak sampah, diapers, dan sampah rumah tangga lainnya. Padahal sungai ini airnya jernih," ungkap Ririn kepada detikJatim, Senin (20/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya khawatir jika dibiarkan terus-menerus, kondisi sungai yang kotor akan mencemari air dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Dengan modal nekat, ia dan enam orang rakannya akhirnya memulai melakukan gerakan pembersihan aneka sampah yang mengotori aliran Sungai Pandean. Upaya tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, cibiran pun datang dari berbagai pihak.
"Awalnya ya banyak yang mencibir, ada yang bilang, ngapain kok bersih-bersih sungai? Kurang kerjaan saja. Tapi kembali ke niat awal, kami ingin mengonservasi sungai agar bersih," ujarnya.
Rintangan itu tak mematahkan semangat Ririn dan tim untuk merintis desa wisata. Setelah sampah-sampah sungai berhasil dibersihkan, pihaknya mulai mengatur strategi agar kondisi itu bisa bertahan. Salah satunya dengan membentuk desa wisata.
"Kami melihat arus sungainya itu deras, sepertinya cocok untuk river tubing. Akhirnya kami pinjam ban dari Pokdarwis di Kecamatan Kampak, karena di sana kurang maksimal. Setelah uji coba ternyata bagus," jelasnya.
Menurutnya, upaya konservasi sungai diharapkan akan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan, khususnya aliran sungai.
"Oh, ternyata kalau bersih sungainya bagus, minimal masyarakat akan sungkan untuk buang sampah di sungai," imbuhnya.
Proses pembentukan desa wisata terus berlanjut, tak hanya sekadar river tubing, pihaknya juga melengkapi destinasi wisata tersebut dengan homestay dan aneka atraksi. Berbagai atraksi itu antara lain kesenian Terbang Elo, tabung lesung, dan aneka permainan tradisional.
"Saat itu kami langsung mengurus izin desa wisata ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek. Alhamdulillah disetujui," kata Ririn.
Konsep Desa Wisata Pandean adalah pemberdayaan, sehingga seluruh pengembangan yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
"Jadi, homestay, makanan, hingga atraksi semua melibatkan masyarakat. Kami ingin kehadiran desa wisata membawa dampak ekonomi bagi masyarakat," jelasnya.
![]() |
Wanita yang berprofesi sebagai kepala sekolah TK ini mengaku, jerih payah yang dilakukan selama dua tahun terakhir telah membuahkan hasil yang membanggakan. Prestasi dalam bidang pariwisata berhasil diraih.
"Di tingkat nasional, kami mendapatkan penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori desa wisata berkembang. Kemudian Soetran Award Trenggalek. Tahun ini kami ikut Adipura Desa, sekarang masuk tahap lima besar," ujarnya.
Sementara itu, tingkat kunjungan wisata di desanya juga terus mengalami perkembangan. Pihaknya melakukan pembatasan kunjungan dengan sistem paket. Konsep itu membuat pengunjung lebih berkesan dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
"Kalau paket, maka pengunjung bisa menginap di homestay masyarakat. Makanannya juga dari pemberdayaan masyarakat," jelasnya.
Ririn bersyukur upaya konservasi sungai yang dirintis mulai membuahkan hasil dan mendapatkan dukungan dari pemerintah.
"Selama ini pemerintah daerah sudah mengucurkan dana untuk pengembangan sekitar Rp 250 juta. Kami akan terus hidupkan desa wisata ini," imbuhnya.
Salah seorang pengunjung, Wawan mengaku cukup terkesan dengan Desa Wisata Pandean. Dia menilai desa itu begitu memanjakan wisatawan.
"Keren, kita tinggal pilih paket wisata yang disediakan, maka akan dapat banyak keseruan. Bisa main river tubing, ada permainan, hingga budaya," kata Wawan.
Upaya Konservasi Lingkungan Lewat Adipura Desa
Desa Wisata Pandean adalah salah satu contoh keberhasilan Trenggalek dalam melakukan konservasi lingkungan. Munculnya desa wisata ibarat bonus dari buah kerja keras untuk melestarikan lingkungan desa.
Pemkab Trenggalek sendiri terus mendorong desa-desa agar peduli dengan lingkungannya. Caranya dengan menghadirkan program Adipura Desa.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menjelaskan, program inovasi Adipura Desa dihadirkan guna memberikan penghargaan kepada desa-desa di Trenggalek yang menjalankan upaya pelestarian lingkungan. Setiap desa peserta Adipura Desa akan mendapatkan transfer fiskal dari pemerintah daerah.
"Adipura Desa ini adalah, satu melengkapi indeks kualitas hidup yang saat ini ada, kemudian yang kedua kita juga menjadi salah satu kabupaten yang sudah melakukan transfer fiskal yang berbasis ekologi. Kita memberikan insentif awarding kepada daerah yang pro terhadap lingkungan hidup," jelas Arifin kepada detikJatim.
Arifin menambahkan, seluruh peserta Adipura Desa mendapatkan transfer fiskal Rp 5 juta. Sedangkan juara satu kategori desa besar mendapatkan Rp 500 juta, kategori desa sedang Rp 300 juta, dan kategori desa kecil Rp 200 juta.
"Alhamdulillah setiap tahun jumlah peserta Adipura Desa terus bertambah. Dengan ini, minimal desa ini menjalankan prinsip pelestarian lingkungan hidup, minimal pengelolaan sampahnya atau yang lain," jelasnya.
Alumnus S2 Universitas Airlangga (Unair) itu melanjutkan, Adipura Desa dapat memunculkan ekonomi yang berbasis ekologi. Hal itu didorong oleh meningkatnya indeks kualitas lingkungan, seperti tertatanya ruang terbuka hijau, penyelamatan sumbar air, maupun pengelolaan sampah.
Pihaknya mencontohkan, saat ini terdapat tiga desa wisata yang bisa berkembang dengan dengan berbasis ekologi. Yakni Desa Wisata Pandean, Desa Wisata Sawahan, dan Desa Wisata Wonocoyo Panggul.
"Desa Pandean dan Sawahan ini awalnya adalah konservasi sungai, sungai yang awalnya kotor kemudian dibersihkan dan sekarang menjadi atraksi wisata, bahkan juga bisa menghidupkan kebudayaan lokal. Dua desa ini mampu menembus ADWI," ujarnya.
Sedangkan Desa Wonocoyo merupakan kisah sukses konservasi penyu di Pantai Taman Kili-kili. Bahkan, kini menjadi laboratorium penelitian penyu dan wisata edukasi. Desa tersebut juga memiliki peraturan desa tentang konservasi.
"Kami ingin ekonomi biru dan ekonomi hijau tumbuh di Trenggalek. Di kawasan hutan durian misalnya, petani membiarkan pohonnya tumbuh, mereka hanya mengambil ekonomi dari buahnya. Inilah yang disebut circular ekonomi atau ekonomi berkelanjutan," harap Arifin.
detikJatim Awards merupakan ajang penghargaan yang digelar detikJatim sebagai apresiasi kepada para tokoh, komunitas, hingga pemerintah daerah di Jawa Timur atas capaian kinerja dan sumbangsihnya kepada masyarakat. Dasar penghargaan dinilai oleh Tim Asesmen berdasarkan beberapa indikator keberhasilan program dan aksi nyata yang telah dilakukan. Nantikan edisi perdana detikJatim Awards yang bakal diselenggarakan di Singhasari Resort Kota Batu, Senin, 27 November 2023.
(hil/dte)