Ironi Desa Wisata Semen Blitar, Kaya Prestasi Tapi Tak Sesuai Ekspektasi

Ironi Desa Wisata Semen Blitar, Kaya Prestasi Tapi Tak Sesuai Ekspektasi

Erliana Riady - detikJatim
Sabtu, 08 Jul 2023 17:48 WIB
Jalan rusak desa semen Blitar
Spanduk protes ke bupati Blitar terkait banyaknya jalan rusak di Desa Wisata Semen. (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Akumulasi kekecewaan warga Kabupaten Blitar terkait jalan rusak mencapai titik klimaks. Bahkan, di lokasi Desa Wisata Semen yang berprestasi di tingkat nasional, warga menanam pohon dan spanduk bertuliskan prestasi tak sesuai ekspektasi.

Aksi guyub warga di Kampung Wisata Ekologis Puspojagad Semen ini mereka lakukan saat ada kunjungan Forkopimda Pemkab Blitar mendampingi lembaga swasta menyalurkan CSR-nya, Kamis (6/7/2023).

Mereka menanam beragam pohon di Jalan Nanas sebagai akses menuju lapangan Puspojagad sepanjang hampir 2 kilometer. Tak hanya itu, di ujung jalan, warga juga memasang spanduk dengan tulisan enam prestasi yang pernah diraih destinasi wisata yang dikelola warga desa ini. Di antaranya Karang Taruna Berprestasi Nasional (2008), Desa Wisata Peringkat 5 Nasional (2013) dan Juara 1 Desa Wisata Maju Anugrah Desa Wisata Indonesia (2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Mohon Maaf Jalan Masih Rusak. Prestasi tak sebanding ekspektasi".

Bahkan, Menparekraf Sandiaga Uno langsung datang ke lokasi wisata di sisi Utara Kabupaten Blitar ini tahun lalu. Video Sandiaga ketika berkunjung ke Semen ini disandingkan dengan video jalan rusak yang ditanami pohon pisang menjadi viral. Apalagi, ada statement Bupati Blitar Rini Syarifah, jika perbaikan Jalan Nanas itu bukan wilayahnya.

ADVERTISEMENT

"Akumulasi kekecewaan kami ini. Isin (malu) mbak, mosok jare (masak katanya) desa wisata nasional tapi dalane (jalannya) rusak. Mak Rini (Bupati Blitar) kemarin malah bilang ndak bisa memperbaiki karena bukan wilayahnya. Lha terus wilayahe sopo?," keluh Susanto, warga setempat yang juga seorang pelaku wisata, Sabtu (8/7/2023).

Menurut Susanto, jalan desa ini menjadi tunggangan politik dari masa ke masa. Dulu zaman kepemimpinan dua bupati sebelumnya, jalan Nanas yang merupakan akses utama ke Wisata Puspojagad statusnya menjadi jalan kabupaten.

Namun, sejak Bupati Blitar dijabat Rini Syarifah, jalan itu berubah statusnya menjadi jalan desa. Padahal, sepengetahuan Susanto, fungsi jalan itu masih menghubungkan dua desa. Masih sesuai peruntukkan jika statusnya sebagai jalan kabupaten.

Jalan rusak desa semen BlitarPenampakan jalan rusak Desa Wisata Semen Blitar yang ditanami pohon pisang oleh warga. Foto: Erliana Riady

Apakah kondisi jalan rusak ini memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan? Susanto yang akrab dipanggil Damar ini menjawab.

"Untuk wisatawan lokal ngeluh semua. Apalagi yang naik sepeda motor. Tapi beberapa rombongan studi banding dari Jateng, Kalimantan, Palembang dan Madura datang studi banding. Disini lah kami malu. Jadi lokasi studi banding tapi kenyataannya infrastrukturnya rusak" imbuhnya.

Tokoh masyarakat lainnya, Ketiyoso mengatakan, Jalan Nanas merupakan nadi aktivitas perekonomian warga sejak 2004 lokasi wisata ini dirintis. Kerusakan jalan makin parah sejak tiga tahun terakhir. Komunikasi dengan pihak desa sudah seringkali dilakukan. Namun, solusi perbaikan jalan belum ketemu sampai sekarang.

"Katanya, kalau pakai dana desa yo ajur. Habis untuk perbaikan jalan ini semua. Lainnya gak kebagian. Kami berharap, pemerintah daerah membantulah, wong sudah membawa nama baik Kabupaten Blitar sampai tingkat nasional," tandasnya.

Soal perubahan status jalan, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Pemkab Blitar Hamdan Zulfikar Kurniawan menjelaskan, jika Pemkab Blitar sekarang masih memakai SK Jalan Tahun 2019.

"Di SK 2019 ruas Jalan Nanas tidak masuk jalan kabupaten. Di SK sebelumnya tahun 2011pun juga tidak msuk," kata Hamdan dikonfirmasi.

Menurut Hamdan, sesuai Undang-Undang Kewenangan Jalan, dengan status jalan desa tersebut maka tanggung jawab perbaikan kualitas jalan berada di kewenangan pemerintah desa. Lalu bagaimana jika Dana Desa tidak mencukupi atau pemerintah desa tidak mampu memperbaikinya?

"Mungkin bisa mengajukan anggaran hibah. Itupun kalau mekanisme hibah sekarang masih bisa," pungkasnya.




(hil/dte)


Hide Ads