Jumlah pasien COVID-19 dan BOR di rumah sakit menurun. Tak separah satu atau dua tahun lalu.
Namun hal tersebut tak membuat para pengusaha, pemilik, hingga manajemen hotel di Indonesia lalai, termasuk di Jatim.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan hingga libur Nataru 2023, ia meyakini okupansi hotel meningkat. Namun dengan catatan pagebluk tak meningkat lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, selama tidak ada permasalahan khusus ya, mungkin bor RS meningkat, pembatasan, dan lain-lain," kata Dwi saat dikonfirmasi detikJatim, Rabu (14/12/2022).
"Tapi kalau landai, pasti meningkat di atas tanggal 20 Desember nanti," kata Dwi.
Karena itu Dwi memastikan semua hotel se-Jatim sudah menyiapkan beragam hal untuk menyambut Nataru 2023. Meski, hanya dikhususkan untuk kegiatan intern saja.
"Misalnya, untuk tamu yang menginap di sana. Jadi, mendatangkan umum tapi tidak banyak dan tetap mematuhi prokes," ujarnya.
Dwi memastikan seluruh hotel di Jatim wajib menerapkan kembali Prokes COVID-19 secara ketat. Ia menilai, setelah angka menurun dan dilakukan booster, prokes mulai kendor.
"Imbauan kita persiapkan CHSE, tidak full cappacity atau tidak 100% untuk venue-venue maise seperti meeting room, hall, dan lain-lain. Paling tidak, sekitar 80%," tuturnya.
Oleh karena itu, seluruh hotel di Jatim, lanjut Dwi, wajib untuk lebih mengetatkan lagi aturan tentang COVID-19. Terlebih, untuk fasilitas seperti gym, resto, sampai kolam renang yang menurutnya perlu dipertimbangkan lagi.
"Termasuk kamar-kamar karantina, kan sudah tidak dipakai, nah itu dipersiapkan lagi," katanya.
Bila ada hotel yang bandel atau melanggar, Dwi memastikan tak ada sanksi tegas secara khusus. Namun, pihaknya akan menegur secara tertulis maupun lisan kepada hotel terkait.
"Masih teguran, jadi tergantung daerah masing-masing, kalau daerahnya rawan dan angkanya naik, itu harus diperhatikan betul," tutupnya.
(pfr/iwd)