Sejumlah hotel di Jatim menjadi jujugan keluarga untuk menikmati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Namun untuk jumlah booking pada tahun ini terbilang masih landai.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur (PHRI Jatim) Dwi Cahyono mengatakan meski masih menjadi primadona, namun okupansi hotel di Jatim masih terbilang landai. Menurut Dwi, calon tamu hotel dinilai masih ragu-ragu lantaran terngiang-ngiang dengan pembatasan sosial seperti saat angka COVID-19 masih tinggi pada 2 tahun silam.
"Nah, kalau tahun ini masih landai, karena orang masih menunggu, takutnya kalau ada aturan baru lagi. Misalnya, tidak boleh bikin kegiatan hotel, ada pembatasan, dan lain sebagainya," kata Dwi saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (12/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi menjelaskan pada periode serupa di tahun 2021 lalu adalah contoh konkret ihwal tingginya okupansi hotel. Namun, hal tersebut urung lantaran pemerintah melarang adanya sejumlah kegiatan yang mengundang keramaian di hotel-hotel, termasuk menekan jumlah tamu.
"Tahun kemarin itu, awal-awal November sampai Desember 2021 tinggi okupansi booking, terus kan ada imbauan dan lain sebagainya, termasuk tidak boleh ada event setelah pandemi, tapi tetap event tidak boleh," ujarnya.
Dwi menyatakan selama periode tersebut, ada sejumlah tamu yang memilih untuk refund. Artinya, mereka mengurungkan niat untuk menginap di hotel.
"Jadi, tiket-tiket banyak yang dikembalikan juga, menjelang tanggal 25 Desember menurun lagi," tuturnya.
Oleh karena itu, ia menekankan kepada seluruh anggota, pemilik, hingga tamu hotel untuk wajib menerapkan prokes COVID-19 secara ketat. Kendati, jumlah penularan dan BOR tak setinggi 2 tahun silam.
(pfr/iwd)