Kamis malam (22/9), ada 10 pemuda mengikuti kegiatan 'Wisata Dolly: Malam Jumat di Gang Dolly'. Mereka berasal dari pemuda setempat, mahasiswa, hingga pekerja milenial. Pembicara sekaligus tour guide Wisata Dolly, Arbintoro Mas menerangkan, salah satu konsentrasi pihaknya yakni menjadikan Dolly sebagai wisata inspirasi.
Pria yang juga menjadi pegiat sejarah dari Pokdarwis Jarak Dolly ini menyebut, para pemuda Dolly berupaya maksimal mengubah kampung yang dulunya sarat maksiat menjadi kampung kaya manfaat.
"Sekarang ada pengembangan UMKM di mana pada kesempatan kali ini juga memilih untuk pendampingan terhadap Pokdarwis Jarak Dolly, di dalamnya terdiri dari berbagai macam UMKM yang ada di Jarak Dolly," tutur pria yang juga menjabat sebagai CEO Pranalaworks.id tersebut kepada detikJatim, Jumat (23/9/2022).
Ia dan beberapa rekannya mengajak siapa saja yang masih memiliki pemahaman liar tentang Gang Dolly agar bisa terpuaskan dengan inspirasi positif. Terlebih, ketika datang dan hadir langsung, lalu diajak berjalan kaki dan menyusuri dari gang ke gang. Mulai dari eks wisma ke eks wisma lain di Dolly untuk melihat evolusinya.
Hal senada disampaikan Ketua Pokdarwis Jarak Dolly dan Owner Tempe Bang Jarwo, yakni Jarwo Susanto. Menurutnya, Dolly saat ini tak hanya sekadar bersolek, namun ada sejumlah titik yang dianggap memiliki nilai histori. Meski, beberapa di antaranya sudah berubah menjadi UMKM, Pusat Oleh-oleh Gang Dolly, sampai ditempatkannya plakat bersejarah tentang kawasan bebas prostitusi.
"Dolly zaman dulu saat malam kan ramai, kami membawa cerita tentang mengarahkan wisatawan yang ikut ke inspirasi. Mereka bisa melihat sendiri, dari banyaknya wisma, kafe, dan karaoke yang dulunya sangat ramai menghadirkan ribuan orang per hari, sampai putaran uang miliaran rupiah per hari, kini beralih fungsi, menjadi tempat pendidikan, pelatihan UMKM, dan hunian warga," urainya.
Ia tak menampik ada beberapa wisma yang telah diambil alih dan beralih fungsi di bawah naungan Pemkot Surabaya. Namun, ada pula yang secara kepemilikan personal tak layak atau tak laku untuk dijual.
"Ada (rumah dan bekas wisma) yang dijual juga nggak laku, akhirnya masih tetap di situ dan gak dijual ke orang, misalnya karena harga tak sesuai, yang punya pengen murah, lalu ditawar murah, nah itu mau tidak mau dipertahankan. Banyak yang beralih fungsi sejak ditutup pada Juni 2014, misalnya Barbara, menjadi tempat produksi sepatu, lalu pasar burung dan akik, sampai lapangan futsal," ujar dia.
"Ada bekas wisma yang dijual mulai ratusan juta sampai miliaran rupiah, banyak juga yang dijual tanpa go public, lalu ada yang digunakan untuk kos-kosan, dikontrakkan juga ada. Makanya, kita ajak teman-teman yang datang untuk mendapatkan inspirasi, misalnya peralihan fungsi wisma menjadi UMKM, harapannya mereka yang datang ke sini pulangnya mendapat inspirasi, dari yang tadinya kampung maksiat menjadi kampung manfaat," imbuhnya.
Selaras, pembicara Wisata Malam Dolly lain, Mustofa menegaskan, pihaknya tengah bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam mengubah wajah Dolly. Salah satunya dengan proses pembangunan paving wisata di kawasan Kupang Gunung Timur Surabaya.
"Di sekitarnya juga menyesuaikan dan beberapa titik menjadi untuk kebudayaan dan kesenian juga, tidak hanya UMKM," tutur dia.
Kepada pengunjung, pria yang kerap disapa Cak Mus itu menerangkan, ketika terjadi penutupan dan peralihan fungsi, sempat terjadi gesekan antara penghuni, PSK, hingga warga, dengan petugas gabungan. Terlebih, ketika pemasangan plakat kala itu.
"Warga Dolly dulu menentang (penutupan dan alih fungsi), karena mereka tidak mau ditutup setelah pemasangan plang, ada history yang kita ceritakan bahwa perjuangan untuk hal yang positif itu tak selamanya direspons positif juga," kata dia.
Mustofa menyatakan, pada masa keemasan Dolly, ada 9.000 lebih PSK yang saling unjuk kemolekan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya tak hanya PSK, tapi ada pula sebagai muncikari dan germo. Menurutnya, 90% orang tersebut berasal dari luar Surabaya. Artinya, sangat sedikit atau minim dari warga lokal.
"Nah, judgement seperti itu kan tidak enak juga bagi warga sini, PSK juga tidak selamanya negatif, buktinya ada dua eks PSK yang mau bekerja di produksi sepatu di eks Wisma Barbara sini," tutupnya.
(hil/dte)