Penampilan lini belakang Arema musim ini terasa lebih kejam bagi para penyerang lawan. Kehadiran Luiz Gustavo, bek yang telah malang melintang di pentas Liga Brazil menjadi aktor utamanya.
Gaya bermain Luiz Gustavo sejauh ini terkesan galak, ia tak segan menghempas lawan. Sapuan dan penjagaannya sering kali menyelamatkan Arema dari segala marabahaya serangan yang menghampiri.
Pria 31 tahun asal Brazil tersebut lahir di Valentim Gentil, sebuah kota di negara bagian Sao Paulo. Menurut sejarahnya, Valentim mengandung arti kuat dan berani, serupa permainan Luiz Gustavo yang kokoh dan tanpa rasa takut.
Awal karier sepak bolanya ditempa di tim junior Palmeiras. Progress yang ia tunjukan di tim junior membuatnya naik ke tim utama Palmeiras. Dalam salah satu laga yang ia jalani, momen besar datang. Palmeiras menghadapi Santos lengkap dengan Neymar muda pada tahun 2012.
Pengalaman berharga bertanding menghadapi Santos yang masih ada Neymar muda tersebut sekaligus menjadi laga terakhir Luiz Gustavo bersama. Setelahnya, ia melalang buana di berbagai klub di seantero Brazil.
Sepanjang karirnya di Liga Brazil, lebih dari 10 klub telah ia bela. Setelah 13 tahun mengembara di berbagai klub di Negeri Samba, hijrah ke mancanegara menjadi tantangan baru yang ia pijaki.
Lebih dari 15 ribu kilometer ia tempuh dari tanah kelahiran ke destinasi berikutnya, Kota Malang. Arema menjadi klub luar Brazil pertama yang dibela Luiz Gustavo.
Di Arema perannya penting, penampilannya konsisten. Ia tampil sebagaimana pemain asing seharusnya, berkontribusi dan tak duduk di bangku cadangan.
Tak hanya kokoh dan garang dalam bertahan, Luiz Gustavo juga vokal dalam mengomando rekan-rekannya. Dalam beberapa momen, iya dipercaya mengemban ban kapten Singo Edan.
Pekerjaan penting yang ia emban sekarang bukan saja meningkatkan performanya sendiri, tetapi juga mengangkat moral tim. Pengalaman dan kepemimpinannya sangat krusial bagi Arema yang kini masih berkubang di papan tengah klasemen.
Simak Video "Jika Bukan Kanjuruhan, Dimana Kandang Arema?"
(auh/abq)