Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) angkat bicara terkait insiden penyerangan bus tim Persik Kediri oleh oknum suporter usai laga kontra Arema FC. APPI mengecam keras aksi brutal tersebut dan meminta pihak berwenang menindak tegas para pelaku.
Insiden terjadi setelah pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persik Kediri yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (11/5/2025). Dalam laga itu, Arema FC takluk dengan skor 0-3 dari tamunya, Persik Kediri.
Usai pertandingan, bus tim Persik meninggalkan Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 18.15 WIB. Namun dalam perjalanan keluar area stadion, bus menjadi sasaran aksi anarkis berupa pelemparan batu oleh oknum suporter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lemparan batu tersebut terjadi di beberapa titik dan menyebabkan kaca bus bagian depan sisi kiri pecah. Lokasi tersebut diketahui sebagai tempat duduk pelatih dan asisten pelatih tim.
Akibatnya, Pelatih Persik Kediri Divaldo Alves mengalami memar di bagian kepala. Sedangkan untuk asisten pelatih mengalami luka ringan.
Menanggapi kejadian ini, APPI menyampaikan pernyataan tegas. APPI mengutuk keras kejadian tersebut.
"APPI mengutuk keras penyerangan yang dilakukan oleh pihak anarkis terhadap bus pemain Persik Kediri yang terjadi pasca pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persik Kediri di Stadion Kanjuruhan pada 11 Mei 2025. Aksi anarkis tersebut tentunya telah sangat mengancam keselamatan para pemain dan seluruh ofisial dari Klub Persik Kediri," tulis APPI dalam pernyataan resminya, Senin (12/5/2025).
APPI juga menyoroti bahwa kejadian ini mencederai semangat perbaikan sepakbola nasional, terlebih karena terjadi kembali di area Stadion Kanjuruhan, yang baru pertama kali digunakan kembali pasca Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
"Kejadian penyerangan ini tentunya kembali mencederai semangat sportifitas dan perbaikan sepakbola nasional, apalagi tindakan yang sangat tidak terpuji ini kembali lagi terjadi di sekitar area stadion Kanjuruhan, setelah pertama kalinya stadion ini kembali digunakan pasca terjadinya tragedi kanjuruhan pada 1 Oktober 2022," sambungnya.
Lebih jauh, APPI mendesak agar otoritas sepakbola Indonesia tidak tinggal diam dan menjatuhkan sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Perlu diingat bahwa insiden anarkis telah berulang kali terjadi dalam kompetisi sepakbola Indonesia. Sudah sepatutnya, badan-badan yang berwenang, termasuk para pemangku kebijakan sepakbola Indonesia, memberikan sanksi yang keras terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya insiden ini," lanjutnya.
"Keselamatan dan keamanan merupakan hal yang paling utama dalam sepakbola dan harus dimaknai dan dijalankan secara bersama-sama dengan serius oleh semua stakeholder sepakbola Indonesia," pungkasnya.
(auh/abq)