Cooling Break

Kisah Poerwono, Eks Kiper Timnas yang Kini Berkebun dan Berbisnis Kuliner

Auliyau Rohman - detikJatim
Kamis, 26 Des 2024 19:51 WIB
Mantan Kiper Timnas Indonesia Poerwono (Foto: Dok. Istimewa/tangkapan layar)
Surabaya -

Nama Poerwono cukup tenar di dekade 1970 hingga 1980 di dunia sepakbola Tanah Air. Maklum, pria asal Mojokerto itu pernah menjadi kiper Timnas Indonesia. Kini, dia menjalani kesibukannya dengan berbisnis makanan dan berkebun.

Poerwono belajar sepakbola secara autodidak. Dia memulai karier profesionalnya saat masih duduk di bangku SMA dengan membela Persem Mojokerto.

Pada tahun 1975, Poerwono memutuskan merantau ke Surabaya. Dia sempat bermain bentar di IM Surabaya. Setelah itu, Poerwono pindah ke Assyabaab. Usianya saat itu masih 22 tahun.

"Saya dari Mojokerto ke Surabaya dulu awalnya PP (Pulang-Pergi). Turun di Joyoboyo, naik bus, turun di Perak, dan jalan kaki. Waktu itu memang ada uang ganti ongkos kendaraan," ujar Poerwono seperti dilansir dati channel YouTube Omah Balbalan.

Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 1977, Poerwono bergabung dengan Persebaya B. Dia langsung mengantarkan Persebaya B meraih juara 3 Piala Jusuf 1977 di Makassar.

Penampilannya yang apik membuat Poerwono mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia pada 1978. Dia kala itu masuk dalam skuat PSSI Banteng yang bermaterikan pemain muda.

"Waktu itu dari Surabaya ada delapan orang yang dipanggil Timnas. Ada Hadi Ismanto, Riono Asnan, Djoko Malis, Johny Fahamsyah, Syamsul Arifin, Wayan Diana, dan Poerwono," lanjutnya.

Sepulang dari Timnas Indonesia, Poerwono bergabung dengan Niac Mitra. Niac Mitra langsung mengikuti kompetisi Galatama edisi pertama pada 1979/1980. Nama Poerwono bersama Niac Mitra makin melejit.

Pada paruh pertama Galatama, Poerwono bersama Niac Mitra memimpin klasemen sementara musim 1979/1980. Keberhasilan itu membuat Niac Mitra mewakili Indonesia berkiprah di Aga Khan Cup 1979 di Bangladesh, sebuah turnamen bergengsi di kawasan Asia.

Di turnamen tersebut, Niac Mitra berhasil menjadi juara usai mengalahkan wakil China, Liaoning. Niac Mitra keluar sebagai juara setelah menang via tendangan penalti.

"Kita berhasil juara saat itu. Di final ketemu tim China dan saya menggagalkan 2 penalti. Skor awalnya 1-1, lalu adu penalti kita menang 4-2. Waktu itu ada bapak presiden di sana, bapak Presiden Soeharto yang kunjungan kenegaraan di Bangladesh. Kita diterima sama beliau di sana," beber Poerwono.

Sayangnya, Niac Mitra tampil antiklimaks di putaran kedua. Sehingga trofi perdana kompetisi Galatama diraih Warna Agung. Setelah tampil apik pada musim 1979/1980, Poerwono menjalani masa pahit pada musim berikutnya. Kehadiran kiper asal Singapura, David Lee, membuat Poerwono ditepikan oleh pelatih Niac Mitra saat itu M Basri.

Meski kehilangan tempat di Niac Mitra, Poerwono tetap menjadi kiper utama di Timnas. Lantaran sibuk dengan jadwal Timnas, Poerwono saat itu tak berkontribusi berarti dalam perjalanan klubnya meraih trofi juara musim 1982/1983.

Bersama Timnas, Poerwono telah melalui sejumlah turnamen bergengsi macam King's Cup Thailand, Jakarta Anniversary Cup, Merlion Cup Singapura, Pra Olimpiade, Pra Piala Dunia dan SEA Games.

Pada 1984, Poerwono memutuskan gantung sarung tangan meski tengah berada pada puncak penampilannya bersama Timnas. Kala itu Mercu Buana sempat merayunya untuk bergabung tapi ditolaknya.

"Saya menghilang (dari sepakbola) karena pegang usaha garmen. Usaha ini menghidupi 2 anak saya. Saya fokus banget sampai punya 15 karyawan waktu itu," kata Poerwono.

Usai hilang dari dunia sepakbola, Poerwono kembali ke lapangan sebagai pelatih. Dia diminta pemilik Assyabaab, M. Barmen, untuk menjadi pelatih kiper. Namun, Poerwono hanya setahun di Assyabaab.

Poerwono kemudian melanjutkan kariernya di Persid Jember. Tapi itu tak lama. Pada 2008, Poerwono masuk dalam jajaran tim pelatih Persebaya setelah diajak Soebodro, seniornya di Bajul Ijo.

Kini, Poerwono menikmati hari-harinya dengan mengelola kebun jeruk dan berjualan makanan di Mojokerto.

"Sekarang lebih di usaha makanan. Saya sekarang ada makanan Warung Ruth sama Pek-Pek Radha. Ini yang bikin saya dan istri saya. Kalau kebun Jeruk saya yang mengelola sendiri. Ada 780 pohon," pungkasnya.



Simak Video "Video: Sosok Bejo Sugiantoro, Legenda Timnas Indonesia yang Tutup Usia"

(abq/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork