Meski telah berlangsung 29 tahun, mantan pemain Persebaya, Nurkiman ternyata masih mengingat dengan jelas insiden yang membuat kehilangan penglihatannya dan pensiun dini.
Insiden yang dialami Nurkiman itu terjadi pada tanggal 26 Desember 1995. Saat itu, Persebaya Surabaya menjalani laga tandang menghadapi Persema Malang di Stadion Gajayana.
Laga tersebut memang berjalan normal dan disudahi dengan skor akhir sama kuat 1-1. Rombongan bus tim Persebaya selanjutnya hendak meninggalkan Stadion Gajaya sesudah laga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah pertandingan Persema vs Persebaya selesai 1-1. Kita pulang dengan menggunakan bus, tapi jalannya melambat karena di pinggir jalan banyak suporter Malang. Terus pas di tikungan, bus dilempari batu dan saya nengok kiri langsung kaca pecah," kenang Nurkiman dalam obrolan di kanal YouTube Omah Bal-Balan.
"Kaca busnya pecah karena gak ada kaca film. Sehingga serpihan kaca langsung kena mata kiri. Saya duduk di sebelah Mursyid Effendi," sambungnya.
Nurkiman kemudian dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans usai kejadian tersebut. Dalam hatinya, saat itu, dia merasa khawatir dengan karirnya sebagai pemain bakal terancam.
Nurkiman kala itu masih berusia sangat muda, 22 tahun. Sebagaimana pemain muda pada umumnya, Nurkiman juga punya ambisi untuk melanjutkan karier yang lebih tinggi.
Sayang, karier Nurkiman harus terhenti akibat kejadian tersebut. Dokter memvonis dia tidak bisa melanjutkan karier sepak bolanya.
"Umur saya waktu itu 22 tahun (saat kejadian). Hati saya kacau. Dari mobil ambulans ke rumah sakit nggak karu-karuan," tutur Nurkiman.
Nurkiman sebenarnya masih bermain setengah kompetisi usai insiden itu. Namun karena keterbatasan pandangan, dia memutuskan untuk berhenti bermain bola.
"Sampai sekarang di dalam mata kiri saya masih ada serpihan kacanya. Kata dokter, kalau diambil bola mata bisa gembos," lanjutnya.
Usai tak lagi bermain bola, Nurkiman memilih menjalani kehidupan dan bekerja di PDAM Surabaya. Dia sudah bekerja di lingkungan PDAM Surabaya sejak sebelum membela Persebaya.
"Setelah agak enakan, saya kembali kerja. Tapi kalau lihat bola, saya malah tersiksa. Jadi saya pingin kerja terus. Kebetulan saya masuk PDAM Surabaya," bebernya.
Beberapa bulan usai kejadian, Nurkiman akhirnya bertemu dengan pelaku yang memecahkan kaca bus Persebaya. Nurkiman bertemu pelaku di pengadilan.
Awalnya, Nurkiman merasa marah dan dendam kepada pelaku. Namun, perlahan rasa itu luntur dan Nurkiman memaafkan pelaku.
"Setelah beberapa bulan perawatan, saya dipanggil pengadilan untuk sidang. Saya sempat ketemu dengan pelaku. Waktu pertama ya dendam. Tapi ya percuma dendam, mata ku gak bisa balik lagi," papar Nurkiman.
"Anaknya masih kecil, SMP atau SMA gitu. Anak itu dihukum (penjara) beberapa tahun," pungkasnya.
(abq/iwd)