Seorang remaja, Cahayu Nur Dewata (15) menjadi salah satu korban Tragedi Kanjuruhan. Cahayu sempat koma selama tiga hari, namun saat sadar, ia tetiba hilang ingatan. Dokter menyebut, Cahayu mengalami pendarahan otak.
Ayah Cahayu, Dian Sabastianto (48) mengatakan, putrinya sempat koma selama tiga hari dan menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan usai Tragedi Kanjuruhan.
"Sempat koma tiga hari dan saat bangun itu hilang ingatan. Dia hanya mengingat potongan-potongan. Kalau kata dokter itu (hilang ingatan) karena pendarahan otak yang dialami," tuturnya, Sabtu (15/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dian menceritakan, awalnya kakak pertama Cahayu yang mengetahui adanya Tragedi Kanjuruhan. Si kakak mendengar kabar terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan.
"Saat itu kakaknya baru tahu kalau Cahayu berangkat bersama temannya untuk menonton Arema FC di stadion. Akhirnya kakaknya itu ngecek-ngecek di media sosial," kata dia.
"Terus lihat salah satu video yang di dalamnya ada Cahayu menjadi salah satu korban. Kakak Cahayu sama suaminya berangkat mencarinya di rumah sakit dan ditemukan di RS Wava Husada," sambungnya.
Waktu itu, Cahayu ditemukan kakaknya berada di deretan korban yang diletakkan di lantai lobby Rumah Sakit. Melihat belum ada perawatan, sang kakak membawa Cahayu menuju RSUD Kanjuruhan.
"Memang saat itu di RS Wava Husada kamarnya sampai penuh dan akhirnya dirujuk ke RSUD Kanjuruhan. Saya dan ibu Cahayu pada Minggu (2/10) sekitar pukul 05.00 baru tahu kalau Cahayu dirawat setelah dikasih tahu kakaknya," ucap dia.
Mendengar kabar itu, Dian mengaku sangat terkejut dan tidak menyangka tragedi yang memakan ratusan korban jiwa tersebut terjadi dan menimpa anaknya. Sebab, sejak dulu ia juga suka menonton pertandingan sepakbola.
"Keluarga saya dan istri saya itu suka sekali dengan sepakbola. Khusus untuk saya sejak muda sudah pernah datang ke seluruh stadion di Jawa. Tapi saya benar-benar nggak nyangka Tragedi Kanjuruhan bakal terjadi," tuturnya.
Meski begitu, dirinya bersyukur Cahayu bisa terselamatkan dan kini kondisinya berangsur membaik.
"Saya bersyukur, anak saya ini juga punya keinginan tinggi untuk sembuh. Semoga bisa segera kembali seperti semula," pungkasnya.
Cahayu ungkap kondisinya saat ini. Baca di halaman selanjutnya!
Sementara itu, Cahayu mengaku sempat kehilangan sebagian ingatannya lebih dari seminggu usai Tragedi Kanjuruhan. Bahkan, hal terakhir yang diingatnya hanya asap dari gas air mata.
"Saya cuma ingat gas air mata itu udah nyebar di mana-mana, setelah itu nggak sadar," kata Cahayu.
Saat ini, Cahayu masih harus berjuang memulihkan tangan kanannya yang tidak bisa digerakkan. Hal itu disebabkan karena ada robekan pada otot tangan.
Untuk mengambil barang dari atas meja, dia terlihat masih cukup kesulitan, karena hanya mengandalkan satu tangan. Tak hanya itu, kedua matanya juga memerah seperti korban-korban Tragedi Kanjuruhan lainnya.
Mata Cahayu memerah usai terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan setelah laga Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3.
"Ini tangan kayak mati rasa gak bisa digerakin. Kalau mata nggak papa, lihat orang warna jelas semua seperti biasa," ujar Cahayu.