Pengakuan Eks Kader PSI di Kanjuruhan: Jualan Dawet-Tak Sebar Voice Note

Pengakuan Eks Kader PSI di Kanjuruhan: Jualan Dawet-Tak Sebar Voice Note

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 14 Okt 2022 05:03 WIB
4 Fakta Tentang Ibu Penjual Dawet Kanjuruhan
Penjual dawet stadion kanjuruhan. (Foto: tangkapan layar video viral)
Kota Malang -

Ketua DPD PSI Kabupaten Malang Yosea Suryo Widodo menyebutkan bahwa berdasarkan pengakuan yang ia dapatkan eks kadernya bernama Suprapti Fauzie mengaku memang berjualan dawet di Stadion Kanjuruhan. Tapi Yosea mengaku belum bisa memastikannya karena belum pernah bertemu langsung dengan Suprapti.

Suprapti Fauzie adalah wanita di balik suara penjual dawet Kanjuruhan yang viral menceritakan tentang detail peristiwa di malam tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam. Dalam rekaman suara yang beredar, wanita itu mengaku sempat menolong seorang polisi yang dikejar oleh Aremania yang sedang mabuk, padahal polisi itu berupaya menyelamatkan seorang anak perempuan yang terjepit di pintu 3 Stadion Kanjuruhan.

Saat menghubungi Suprapti via telepon untuk melakukan klarifikasi tentang rekaman suara itu beberapa waktu lalu, Yosea mengatakan bahwa kader yang sempat menjadi timses salah satu Bacaleg pada 2019 itu mengaku memang berjualan dawet di Stadion Kanjuruhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kebetulan sebelumnya ada event hari Kamis dan Jumat di Stadion Kanjuruhan. Saat itu ada orang menjual dawet di sana. Kemungkinan Bu Prapti ini ingin menjual dawetnya di sana. Waktu insiden itu, Bu Prapti menjual dawet," ujar Yosea kepada detikJatim, Kamis (13/10/2022).

Ia mengatakan bahwa Suprapti tidak setiap hari berjualan dawet di Stadion Kanjuruhan. Hanya saat ada event saja. Saat itu event yang dia maksud sebenarnya pada hari Minggu.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya event itu hari minggu. Kemudian karena Sabtu ada pertandingan sepakbola, Sabtu sore itu dia berjualan dawet sama rokok, sama apa lagi begitu," kata Yosea.

Ia juga yang menyebutkan bahwa Suprapti berjualan dawet di sebuah ruko milik bersama. Namun Yosea mengaku tidak bisa memastikannya, karena dia sendiri tidak pernah mampir ke ruko tempat Suprapti berjualan. Selain itu dia juga belum bisa memastikan apakah benar pada saat tragedi terjadi Sabtu malam itu Suprapti memang sedang berada di lokasi, berjualan dawet.

"Berjualannya itu di ruko punya bersama-sama, punyanya temennya juga. Tapi kalau malam hari saat insiden saya belum tau pasti masih berjualan atau tidak," sambungnya.

Selain itu, Yosea menyampaikan bahwa Suprapti juga sempat membantu memberikan pertolongan kepada sejumlah korban Tragedi Kanjuruhan.

"Pengakuannya Bu Prapti saat itu sempat bantu-bantu memberikan pertolongan kepada korban," singkatnya.

Selain itu, kepada Yosea Suprapti juga mengaku bahwa dirinya tidak menyebarkan rekaman suara itu hingga viral. Ia mengaku dirinya sebenarnya mengirimkan voice note untuk menjawab pertanyaan salah satu anggota di grup Whatsapp komunitas miliknya.

"Jadi ada salah satu anggota di grup WhatsApp itu yang tanya kondisi di Stadion Kanjuruhan (ketika tragedi terjadi). Sama beliau disampaikan sesuai apa yang dia lihat," ujar Yosea.

Yosea menyebutkan bahwa Suprapti mengaku mengirim voice note itu hanya di satu grup saja. Wanita itu juga mengaku tidak tahu jika ternyata voice note itu disebar salah satu anggota grup hingga viral. Pelaku yang menyebarkan voice note itu pun juga belum diketahui oleh Suprapti.

"Beliau (mengaku) tidak bermaksud membuat heboh, termasuk kejadian yang viral itu. Voice note yang sudah beredar itu rekaman di grup WhatsApp. Terkait siapa yang menyebarkan, beliau masih mencari informasinya. Yang pasti ya, orang dalam grup itu," kata Yosea.

Disebutkan pula oleh Yosea bahwa Suprapti sempat syok setelah tahu bahwa voice note-nya viral. Hingga ia pun sempat meminta maaf kepada keluarga salah satu korban meninggal Tragedi Kanjuruhan yang sempat ia sebutkan namanya dalam voice note itu.

"Beliau masih syok saat ini. Saat beliau komunikasi dengan saya juga sambil menangis. Dia kan kecewa karena orang-orang ada yang menyangkutkan hingga dengan partainya," ujarnya.

Jadi sorotan tim pencari fakta dan Komnas HAM, motif perekaman suara itu masih misteri. Baca di halaman selanjutnya.

Kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di Kantor DPD PSI Kota Malang, Yosea yang merupakan Ketua DPD PSI Kabupaten Malang mengaku tidak menyangka bahwa rekaman voice note yang viral itu ternyata suara Suprapti yang memang merupakan kader PSI Kabupaten Malang.

"Kami tidak menyangka sebetulnya. Artinya kejadian itu juga sangat memukul kami. Kalau memang kasusnya Bu Prapti ini merugikan, ya monggo diusut sesuai dengan perundangan, sesuai prosedur yang berjalan. Tapi jangan membawa nama partai kami (PSI)," kata Yosea.

Dia pun meminta tidak ada lagi yang menyeret-nyeret nama PSI gegara ada flyer foto Suprapti yang disebarkan belakangan ini terdapat logo PSI di pojok kanan atasnya. Karena menurutnya, PSI sendiri memang tidak tahu apa motif Suprapti membuat rekaman suara itu.

"Jangan menyeret PSI gara-gara logo atau nama partai di flyer itu. Padahal kami sendiri tidak tahu, maksud dan tujuan Bu Prapti membuat rekaman suara itu seperti apa. Kami sendiri juga belum tahu. Sampai saat ini pun kami belum bisa bertemu untuk mengklarifikasi secara langsung," ujarnya.

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan dan Komnas HAM turut menyoroti suara penjual dawet di Stadion Kanjuruhan yang viral.

Ketua TGIPF Tragedi Kanjuruhan Mahfud Md menjelaskan pihaknya akan mencatat dan menyaring terlebih dahulu kemunculan suara itu.

"Nanti diinventarisasi dan disaring dulu," kata Mahfud via pesan singkat seperti dikutip dari detikNews, Selasa (11/10/2022).

Mahfud menyebut ada dua kemungkinan terkait suara penjual dawet itu. Pertama, penjual dawet itu memang ada dan benar-benar menyaksikan Tragedi Kanjuruhan. Kedua, suara itu hanya rekayasa.

"Karena itu hanya suara, maka bisa saja penjual dawet itu benar, bisa juga hanya setting-an," ujarnya.

TGIPF, kata Mahfud, secepatnya akan melihat bukti-bukti pendukung untuk mencari kebenaran suara itu.

Misteri suara penjual dawet itu yang seolah menampilkan satu sisi fakta yang belum terungkap itu sempat menggiring opini publik tentang Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang setelah gas air mata ditembakkan.

Komnas HAM pun turut melakukan pencarian sosok penjual dawet tersebut. Tapi hingga Senin (10/10) keberadaan wanita itu belum ditemukan.

"Kami juga mencari dan nggak ketemu," kata komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads