Kecintaan Andika Bayu Pradana (17) kepada Arema FC terbukti hingga akhir hayat. Andika merupakan salah satu korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam. Remaja asal Dusun Salam, Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar itu telah menjadi Aremania sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Dika-panggilan akrabnya- tak hanya gemar menonton pertandingan Arema saat disiarkan di televisi. Dia juga kerap memberikan dukungan secara langsung dengan menonton klub kesayangannya berlaga di stadion.
"Iya, suka sekali dengan Arema. Ya sejak kecil, masih SD. Kalau nonton bola di stadion ya sejak SMP. Dia memang anak yang berani," ujar bapak angkat Dika, Suwarji saat ditemui detikJatim di kediamannya, Kamis (6/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suwarji mengaku, anaknya sangat menyukai Arema FC. Beberapa kaus hingga syal bertuliskan Arema pun dimiliki sang putra. Selain itu, dia juga tidak pernah absen menjadi saksi laga-laga Arema FC di Stadion Kanjuruhan.
Dika merupakan sosok yang humble. Ia memiliki banyak teman karena pandai bergaul. Saat bertandang ke Stadion Kanjuruhan, ia selalu bersama teman-temannya.
"Dia (Dika) enggak pernah neko-neko, temannya banyak karena memang anaknya ramah dan mudah bergaul. Kalau berangkat nonton ke sana (Kanjuruhan) pasti bareng dengan teman-temannya," katanya.
Baik Suwarji maupun Suminten tidak memiliki firasat apapun dengan kepergian Dika. Sebelum berangkat ke Kanjuruhan, Dika beraktivitas seperti biasanya. Saban hari, Dika mencari lumut untuk dijual. Sepulang mencari lumut, ia juga berada di rumah sampai sore hari.
Suwarji juga menceritakan sosok Dika yang begitu dekat dengan keluarga angkatnya. Sejak usia tiga bulan, Dika sudah berada dalam kehangatan keluarga Suwarji dan Suminten. Dika sudah dianggap seperti anak sendiri.
"Saya ini paman dari ayah kandungnya. Ya bisa dibilang kakek. Tapi dia manggil saya dan ibu ya bapak dan emak, bukan kakek nenek," kata Suwarji.
Meski menjadi anak angkat, tetapi Dika selalu mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Suwarji dan Suminten. Bahkan, meraka mengakui ikatan batin mereka sangat kuat.
"Nggak pernah minta apa-apa, kami minta lanjut sekolah SMK saja tidak mau. Kalau kata orang-orang enggak mau merepotkan kita berdua," imbuh Suminten.
Kini, tak ada lagi anak bungsu yang dimanja oleh Suwarji dan Suminten. Cinta mati Andika ke Singo Edan kekal di Kanjuruhan. Keluarga sederhana ini pun sudah ikhlas dengan kepergian Dika. Namun, Suwarji ingin tragedi yang merenggut 131 nyawa ini diusut tuntas.
"Kami ikhlas, tapi kami juga ingin kejadian ini diusut dengan tuntas. Jangan lagi ada kejadian seperti ini lagi," pungkas Suwarji.
(hil/dte)