Nestapa Ortu Korban Tragedi Kanjuruhan Cari Utangan demi Biaya Pengobatan

Nestapa Ortu Korban Tragedi Kanjuruhan Cari Utangan demi Biaya Pengobatan

muhammad aminudin - detikJatim
Kamis, 06 Okt 2022 14:07 WIB
Saguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan
Korban Tragedi Kanjuruhan, Saguwanto bersama ayahnya (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Malam saat Tragedi Kanjuruhan pecah pada Sabtu (1/10), Dewi Fitri (38) mengaku tak bisa tidur. Hatinya resah menanti kabar sang anak, Nur Saguwanto (19) yang belum pulang usai pamit menonton laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Malam makin larut, Dewi mengaku menerima banyak informasi korban meninggal atas insiden tersebut. Hatinya pun semakin kalut. Apalagi saat ponsel sang anak tak kunjung dapat dihubungi. Warga Jalan Karsidi RT 2/RW 3 Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini mencari-cari ke sejumlah rumah sakit di Malang, namun hasilnya nihil.

Esoknya, Dewi baru bisa bernapas lega. Ada kabar sang anak dirawat di RSUD Kanjuruhan. Kondisinya selamat, meskipun kakinya patah hingga wajahnya melepuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi ketemu," kata ibu korban, Dewi Fitri (38) saat ditemui detikJatim di kediamannya, Kamis (6/10/2022).

Tak hanya itu, Dewi menyebut, anaknya juga mengalami sesak napas. Diduga, kondisi ini merupakan efek dari gas air mata yang terlampau banyak dihirup hingga mengendap di tubuhnya.

ADVERTISEMENT

Meski kondisinya cukup parah, Saguwanto akhirnya diperbolehkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis. Ini karena ruangan tempat perawatan penuh sesak.

"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," ujar Dewi.

Masalah baru pun timbul. Dewi mengaku sampai mencari utangan untuk menutup pengobatan anaknya di rumah. Berbeda ketika penanganan di rumah sakit, semua biaya digratiskan.

"Kalau biaya waktu perawatan di rumah sakit gratis. Mau nggak mau saya cari utangan sendiri. Sudah habis Rp 750 ribu hari ini, ayahnya juga masih mencari hutangan lagi," bebernya.

Keluarga Saguwanto adalah keluarga prasejahtera. Mereka memiliki kartu berobat Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Hanya seorang buruh tani, ayah Saguwanto, Mahfud berharap anaknya bisa kembali sembuh. Mahfud masih mengingat kondisi putranya cukup mengenaskan pasca kejadian. Bagian matanya bengkak merah dan kulit wajah melepuh.

"Kalau bantuan sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah," tutur Mahfud.




(hil/dte)


Hide Ads