Komdis PSSI Sebut Penjualan Tiket Berlebihan Kelalaian Panpel

Komdis PSSI Sebut Penjualan Tiket Berlebihan Kelalaian Panpel

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Selasa, 04 Okt 2022 17:17 WIB
Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing saat menjelaskan temuannya
Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing saat menjelaskan temuannya. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Malang -

Komisi Disiplin PSSI yang menginvestigasi tragedi Kanjuruhan menegaskan bahwa kapasitas Stadion Kanjuruhan memang sulit dihitung. Karena tribun stadion itu belum sepenuhnya menerapkan single seat. Karena itu pula, tiket yang dijual oleh Panitia Pelaksana (Panpel) Laga Arema FC vs Persebaya Sabtu (1/10) itu tidak bisa ditentukan apakah melebihi kapasitas atau tidak.

"Tribun Kanjuruhan itu tidak mempunyai tempat duduk single seat. Belum. Sehingga tidak terukur. Beda dengan yang di VIP sudah punya single seat. Sehingga jelas dihitung. Ini (tribun ekonomi) tidak. Loss. Sehingga ada yang mengatakan 40 ribu, ada yang mengatakan 45 ribu, karena dia loss, bisa himpitan," kata Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing dalam konferensi pers bersama Asprov PSSI Jatim di Atria Hotel Malang, Selasa (4/10/2022).

Namun, meski kapasitas stadion itu tidak terukur, Erwin menegaskan bahwa seharusnya Panpel Laga Arema FC vs Persebaya memperhatikan hal itu dan tidak menjual tiket dengan berlebihan. Penjualan tiket yang mana ada yang menyebut mencapai 102 persen itu menurut Erwin menjadi salah satu kelemahan sekaligus kelalaian Panpel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah kelalaian dari Panpel karena dia menjual dengan jumlah yang besar. Apa dasarnya dia menjual demikian? Harusnya mereka melihat. Itu menjadi bagian dari kelalaian panpel sehingga kami menjatuhkan hukuman ini," tegas Erwin.

Sebelumnya, Komdis PSSI telah menjatuhkan sanksi kepada Ketua Panpel pertandingan Arema FC vs Persebaya Abdul Haris. Komdis menjatuhkan sanksi yang bersangkutan tidak boleh melakukan kegiatan di lingkungan sepakbola selama seumur hidup.

ADVERTISEMENT

"Saudara Abdul Haris sebagai ketua pelaksana pertandingan Arema FC tidak boleh beraktivitas di lingkungan sepak bola selama seumur hidup, itu keputusan kepada saudara Abdul Haris," kata Erwin.

Komdis menilai Haris tidak melaksanakan tugasnya sebagai Panpel dengan baik. Tak hanya itu, ia juga dianggap gagal mengantisipasi suporter masuk ke lapangan usai laga padahal ada steward. Sedangkan pintu-pintu yang seharusnya terbuka tetapi malah terkunci.

Mengenai kapasitas Stadion Kanjuruhan yang tidak bisa diukur karena tidak tersedianya tempat duduk perorangan di tribun ekonomi, Erwin menegaskan hal itu akan menjadi bahan evaluasi yang akan dicatat oleh Komdis untuk perbaikan pelaksanaan pertandingan di masa mendatang.

"Tapi ini menjadi suatu bahan kemudian nanti bagi stadion Kanjuruhan, bagaimana tribun pakai tempat duduk perorangan (single seat). Sehingga jelas berapa kapasitasnya," katanya.

Klaim Manajemen Arema FC tiket tidak lebihi kapasitas stadion. Baca di halaman selanjutnya.

Sebelum Komdis PSSI menyataka temuan investigasi tragedi Kanjuruhan, Manajemen Arema FC sempat membantah dengan tegas bahwa jumlah penonton yang hadir pada laga Arema FC kontra Persebaya Sabtu (1/10) tidak melebihi kapasitas. Officer Arema FC Sudarmaji yang menyampaikan itu.

"Masalah tiket itu sebenarnya kami tidak melebihi batas kuota. Bisa kita saksikan tidak ada luberan penonton," ujarnya saat konferensi pers di kantor Arema FC, Senin (3/10).

Ia menyebutkan Stadion Kanjuruhan yang menjadi tempat berlangsungnya pertandingan itu memiliki kapasitas sebanyak 45 ribu penonton. Sedangkan tiket yang dijual saat laga Derby Jatim tersebut sebanyak 42 ribu lembar.

"Kapasitasnya itu 45 ribu (penonton). Bisa kita saksikan tidak ada luberan penonton dan itu juga ada videonya," kata dia. "Kalau toh ada kelebihan kuota, tentu akan terjadi luberan penonton. Jadi kita bicara fakta di lapangan bahwa tidak ada luberan penonton."

Tewasnya ratusan korban dalam tragedi Sabtu kemarin salah satunya diduga karena adanya kelebihan kapasitas penonton. Akibat kericuhan yang terjadi usai kekalahan Arema FC dari Persebaya membuat Panpel dan polisi kesulitan menangani massa yang cukup besar.

Hal itu juga yang diduga memicu para petugas kepolisian kemudian melepaskan tembakan gas air mata demi mengendalikan penonton yang turun ke lapangan. Tapi bukannya hanya ditembakkan ke lapangan hijau gas air mata itu juga ditembakkan langsung ke sejumlah tribun.

Gas air mata yang ditembakkan beberapa kali ke tribun penonton itulah yang membuat suporter panik berupaya menyelamatkan diri keluar stadion. Sementara di sejumlah tribun ekonomi, pintu keluar itu ternyata terkunci sehingga banyak suporter yang terdesak, jatuh, dan terinjak-injak.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads