Salah satu suporter Arema asal Gresik selamat dari Tragedi Kanjuruhan. Aremania bernama Muhammad Revo Septiyan itu mengalami patah kaki sebelah kiri setelah berusaha menyelamatkan seorang balita.
Kepada detikJatim, Revo menceritakan detik-detik aksi heroiknya saat Tragedi Kanjuruhan. Saat itu, ia berada di Tribun 12 bersama empat temannya yang juga berasal dari Gresik. Saat polisi menembakkan gas air matal penonton di tribun itu panik hingga berhamburan dan berdesakan mencari jalan keluar.
"Saat itu semua panik pada cari jalam keluar. Lha, di belakang saya itu ada anak kecil. Jadi saya sama teman saya carikan jalan, miyak-miyak (menyibak kerumunan) orang-orang gitu," kata Revo kepada detikJatim, Selasa (4/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Revo menjelaskan, saat berada di antara ratusan penonton di tribun itu, balita itu menangis karena terpisah dengan orang tuanya. Saat itu Revo menggendong sang balita itu menuju pintu keluar. Nahas, pagar pembatas besi di dekat pintu keluar itu roboh.
"Ketika pagar besi itu roboh, desakan dari penonton lainnya semakin kuat hingga membuat saya terjatuh. Saat terjatuh, anak kecil itu lepas dari gendongan saya," jelas Revo.
Saat itu Revo sudah kehilangan balita yang sebelumnya ia gendong. Ia hanya bisa merasakan ratusan kaki menginjak seluruh badannya. Belum lagi ketika kaki kirinya terinjak hingga patah, ia hanya bisa berteriak sembari menahan berat banyak orang menindihnya.
"Sekitar 10 menit saya menahan berat orang-orang yang menindih saya. Saya sudah nggak bisa ngapa-ngapain itu. Saya juga bisa merasakan kaki saya patah," tambah Revo.
Beruntung teman-temannya dari Gresik berusaha mencari keberadaan Revo. Setelah ditemukan, Revo digendong rekan-rekannya keluar menuju pintu keluar yang sudah terbuka.
"Ketika saya sudah selamat, saya baru teringat anak kecil yang tak gendong. Sambil duduk saya sempat nangis. Dalam hati saya berharap anak tadi selamat. Karena memang saya waktu itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika banyak orang menindih saya," kata Revo.
"Untuk keadaan anak kecil itu, saya nggak tahu masih selamat atau tidak. Semoga anak kecil itu selamat dari kerusuhan kemarin," lanjut Revo.
Mengaku trauma. Baca di halaman selanjutnya.
Setelah Tragedi Kanjuruhan, Revo mengaku trauma melihat pertandingan Sepak Bola di Stadion. Namun, kecintaannya terhadap sepak bola tidak akan pernah hilang. Ke depan ia akan melihat bola dari layar kaca.
"Kalau lihat bola tetap, tapi lihat dari televisi. Kalau harus ke stadion saya sudah trauma. Cari aman saja," kata Revo.
Revo juga berpesan kepada para suporter lainnya untuk selalu menerima kekalahan tim kebanggan. Jika memang ingin melampiaskan cukup hanya dengan teriakan tanpa membuat kerusuhan yang bisa memancing tindakan anarkistis.
"Jangan sampai mengungkapkan kekecewaan itu secara berlebihan. Cukup sewajarnya saja dengan bernyanyi di tribun. Agar tidak ada salah paham antara suporter dengan aparat keamanan," tutup Revo.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan Suporter Aremania menjadi korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Selain dari Kota Malang, beberapa Aremania dari berbagai kota lainnya juga menjadi korban.
Salah satunya, Muhammad Revo Septiyan (19) warga Desa Suci, Manyar Gresik. Ia bersama lima rekannya berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang untuk menyaksikan pertandingan tim kebanggannya.
Kaki kiri Revo patah. Saat kerusuhan pecah, Revo berusaha menyelamatkan balita berusia sekitar 4 tahun. Saat itu, kata ayah Revo, polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun 12.