Sejarah Singkat Aremania, Pemain Ke-12 Arema

Sejarah Singkat Aremania, Pemain Ke-12 Arema

Rina Fuji Astuti - detikJatim
Selasa, 04 Okt 2022 13:53 WIB
Ada yang berbeda di Stadion Kanjuruhan malam ini. Jelang laga Arema FC vs PSM Makassar, Aremania membentangkan Bendera Merah Putih raksasa di tribun.
Aremania di Stadion Kanjuruhan/Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim
Malang -

Aremania merupakan kelompok suporter Arema FC. Berikut ini sejarah singkat soal salah satu kelompok suporter terbesar di Tanah Air itu.

Sebelum Arema lahir, ada banyak geng kawula muda di Malang. Seperti Argom (Armada Gombal), Prem (Persatuan Residivis Malang), Saga (Sumbersari Anak Ganas), Van Halen (Vederasi Anak Nakal Halangan Enteng) dan Arpanja (Arek Panjaitan).

Namun setelah Arema lahir, mereka melebur menjadi satu dengan nama Aremania. Sebagai kelompok suporter Arema, mereka menggaungkan slogan 'Salam Satu Jiwa Arema'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam situs resmi Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) dijelaskan, Aremania pernah membuat rekor tur terbanyak. Pada Indonesian Super League (ISL) 2010, ada sekitar 50 ribu Aremania yang datang ke Jakarta.

Mereka datang ke ibu kota menggunakan kereta api, bus, dan kendaraan pribadi. Ada sekitar 40 ribu Aremania yang masuk Stadion Gelora Bung Karno (GBK), dalam laga Persija vs Arema. Mereka sudah membeli tiket dari jauh-jauh hari. Sementara ribuan Aremania lainnya di luar stadion.

ADVERTISEMENT

Di Stadion GBK, Aremania menempati tribun sektor 13 sampai 24. Sementara suporter Persija yakni Jakmania menempati tribun sektor 1 sampai 12.

Sabtu 1 Oktober 2022, puluhan ribu Aremania memenuhi Stadion Kanjuruhan, Malang. Mereka antusias memberi dukungan penuh kepada Skuad Singo Edan, julukan untuk Arema, yang melawan Persebaya dalam laga pekan kesebelas Liga 1 2022/2023. Mereka ingin menjadi pemain ke-12 Arema.

Namun laga tersebut berujung tragedi. Yang kemudian disebut sebagai Tragedi Kanjuruhan. Tragedi tersebut menewaskan 125 orang.

Tragedi Kanjuruhan

Tragedi bermula saat laga Arema FC vs Persebaya berakhir dengan skor 2-3. Banyak suporter yang kecewa dengan hasil tersebut, kemudian turun ke lapangan.

Pihak kepolisian mencoba mendorong suporter agar meninggalkan lapangan. Polisi menembakkan gas air mata di area lapangan dan ke arah tribun.

Suporter di tribun panik. Mereka bergerak menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Karena berdesak-desakan, Sehingga banyak suporter terjatuh dan terinjak-injak.

Banyak yang pingsan dan terkapar. Ambulans datang silih berganti untuk mengangkut para korban ke sejumlah rumah sakit. Tragedi tersebut tercatat sebagai tragedi terbesar dalam sepakbola Indonesia dan terbesar kedua dalam sepakbola dunia.




(sun/iwd)


Hide Ads