Pilu Suporter Arema Lihat Mayat Berjejer-Dengar Teriakan: Balekno Nyowoe

Pilu Suporter Arema Lihat Mayat Berjejer-Dengar Teriakan: Balekno Nyowoe

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Minggu, 02 Okt 2022 21:36 WIB
In this picture taken on October 1, 2022, a group of people carry a man after a football match between Arema FC and Persebaya Surabaya at Kanjuruhan stadium in Malang, East Java. - At least 127 people died at a football stadium in Indonesia late on October 1 when fans invaded the pitch and police responded with tear gas, triggering a stampede, officials said. (Photo by AFP) (Photo by STR/AFP via Getty Images)
Tragedi Kanjuruhan Malang. (Foto: AFP via Getty Images/STR)
Malang -

Tragedi Kanjuruhan menyisakan kepiluan mendalam. Usai gas air mata itu ditembakkan ke tribun yang penuh suporter, situasi berubah sangat panik. Aremania berhamburan, berdesakan, berebut jalan untuk keluar menghindar dari gas yang memedihkan mata.

Rangga, salah satu penonton Derby Jatim Arema FC kontra Persebaya yang duduk di tribun VIP menyaksikan sendiri kepanikan itu. Ia mendengar dan melihat langsung ada 5 tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribun.

Dari 5 tembakan itu 2 tembakan gas air mata langsung meluncur ke arah tribun 12 dan 14 yang saat itu masih penuh penonton. Hingga tragedi yang menyesakkan dada itu terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rangga yang duduk di kursi VIP dan hanya terkena asap dari gas air mata mengaku merasakan pedas dan perih di matanya. Saat itu ia juga melihat ada sejumlah suporter yang ditendang dan dipukul oleh aparat keamanan.

"Saya yang duduk di VIP juga kerasa pedas dan peri di mata. Padahal VIP tidak ditembak gas air mata hanya kena asap. Bayangkan yang langsung ditembak ke kerumunan bagaimana rasanya? Mereka berhamburan panik dan bisa dibayangkan pintu keluar tribun itu kecil," kata Rangga.

ADVERTISEMENT

Rangga pun turun dari tribun tempat dirinya menonton laga klub kesayangannya hingga berakhir kekalahan 2-3 di kandang sendiri itu. Saat turun dari tribun VIP dia melihat banyak suporter yang telah meninggal berjejer di sebuah lorong.

"Saya lihat sudah banyak korban-korban. Melihat temen-temennya atau saudaranya teriak-teriak 'balekno nyowoe' rasanya mberebes mili. Kenapa sepakbola harus memakan korban nyawa?" tuturnya.

Menyaksikan sendiri bagaimana korban dalam tragedi Kanjuruhan itu berjatuhan Rangga mengaku merasakan pilu dan terus disergap dengan pertanyaan mengapa? Mengapa harus ada korban sebegitu banyaknya.

"Melihat kematian korban-korban itu juga sangat menyayangkan. Apalagi saat itu saya hadir. Tidak saya bayangkan, sepakbola yang harusnya bisa dinikmati dan dicintai akhirnya menjadi malam kelam," tandasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads