Ada yang unik pada gelaran debat publik Pilwali Kota Blitar. Itu karena debat ketiga digelar menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, masing-masing paslon hingga moderator juga menggunakan busana adat Jawa.
Pantauan detikJatim, debat ketiga Pilwali Kota Blitar digelar di Gedung Kesenian Kota Blitar. Uniknya, debat kali ini digelar dengan nuansa Jawa. Itu terlihat dari busana yang digunakan oleh moderator, paslon hingga komisioner KPU Kota Blitar. Mereka menggunakan busana adat Jawa dan batik khas Kota Blitar.
"Sesuai dengan kesepakatan masing-masing tim paslon, bahwa debat akan dilaksanakan dengan bahasa Jawa. Khususnya saat segmen keempat dan lima," kata Ketua KPU Kota Blitar, Rangga Bisma Aditya kepada detikJatim, Rabu (13/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rangga menyebutkan debat dalam bahasa Jawa itu dilakukan dengan logat khas Blitar (Mataraman). Sehingga masing-masing paslon dapat menyampaikan keterangan atau menjawab pertanyaan dengan bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari. Itu diterapkan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
"Debat ini tidak dengan bahasa Jawa kromo dan sebagainya. Tetapi dengan bahasa Jawa sehari-hari, yang biasa digunakan warga Blitar. Sehingga lebih mudah dipahami," terangnya.
Menurut Rangga, penggunaan bahasa Jawa itu saat debat dengan tujuan untuk melestarikan budaya. Khususnya budaya tutur yang digunakan warga Kota Blitar. Selain itu, untuk mewujudkan keberagaman budaya.
Pada segmen keempat dan kelima, masing-masing paslon sudah menggunakan bahasa Jawa. Termasuk saat paslon 01, Bambang - Bayu menyampaikan pertanyaan kepada paslon 02, Ibbin - Elim. Sementara moderator juga menggunakan bahasa Jawa.
Lebih lanjut, Rangga mengatakan debat dengan bahasa Jawa dimungkinkan baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jawa Timur. Namun, KPU Kota Blitar telah melaksanakan debat dengan bahasa Jawa kedua kalinya.
"Kalau untuk di Jatim, mungkin baru kita saja. Tapi KPU Kota Blitar sudah dua kali ini, dulu saat Pilwali Kota Blitar 2019 kita juga terapkan debat dengan bahasa Jawa. Yang jelas tujuannya untuk melestarikan budaya warga Kota Blitar," tandasnya.
(abq/iwd)