Program KPU goes to campus menjadi perhatian kalangan anak muda, khususnya mahasiswa. Program ini sudah digelar di beberapa kampus, salah satunya Universitas Jember.
Program ini digelar sebagai upaya Sosialisasi dan pendidikan pemilih sangat penting untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang kepemiluan, demokrasi, serta Pilkada Serentak 2024 kepada generasi Z.
Mengingat jumlah generasi Z yang besar dan kedekatannya dengan teknologi digital, mereka memiliki potensi besar untuk menyebarkan informasi terkait pemilu dan pemilihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Honest Dody Molasy, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember mengatakan bahwa program "KPU Goes to Campus" memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas partisipasi politik mahasiswa.
Namun, kata dia, untuk mencapai dampak yang konkret dan jangka panjang program ini perlu dijalankan dengan pendekatan yang lebih interaktif dan lebih edukatif.
"Tidak sekadar seremonial program ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang proses demokrasi dan pentingnya peran mereka dalam pemilu. Namun, untuk mencapai dampak itu harus ada fokus pada pemberdayaan mahasiswa dalam hal pengetahuan politik, bukan hanya sosialisasi pemilu secara formal," ujar Honest saat dikonfirmasi detikJatim, Rabu (16/10/2024).
Dia menekankan bahwa KPU perlu memberikan ruang yang lebih luas bagi mahasiswa untuk mengkritisi kebijakan pemilu. Program ini menurutnya tidak boleh hanya menjadi ajang sosialisasi sepihak.
"Jika program ini hanya menjadi sosialisasi sepihak tanpa diskusi kritis, mahasiswa mungkin merasa tidak terlibat sepenuhnya. Tetapi, jika KPU menyediakan platform dialog yang memungkinkan mahasiswa menyampaikan kritik dan saran, maka program ini akan lebih bermanfaat bagi pengembangan pemikiran politik yang kritis dan partisipatif," ujarnya.
Honest juga menyoroti tantangan pragmatisme politik di kalangan pemilih muda. Dirinya menyampaikan jika program ini hanya berfokus pada peningkatan partisipasi tanpa memperdalam pemahaman tentang idealisme politik dan demokrasi, hasilnya mungkin tidak signifikan dalam jangka panjang.
"Namun, jika program ini mampu menghadirkan diskusi yang menginspirasi dan menggugah pemikiran kritis, ada peluang untuk mengubah pola pikir mahasiswa menjadi lebih idealis dan terlibat secara substansial dalam politik," ungkap Honest.
Ia juga menilai bahwa program ini berpotensi menekan angka golput di kalangan mahasiswa, terutama jika sosialisasi pemilu dilakukan secara menarik dan relevan bagi anak muda.
"Peningkatan partisipasi politik dapat dicapai melalui pemahaman yang lebih baik tentang hak suara dan peran mereka dalam menentukan masa depan negara. Namun, keberhasilan dalam menekan angka golput sangat bergantung pada seberapa efektif program ini dapat menghubungkan pentingnya pemilu dengan kepentingan mahasiswa secara pribadi dan kolektif," tutup Honest.
Dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan mendorong diskusi kritis, Honest berharap program "KPU Goes to Campus" mampu menghasilkan pemilih yang tidak hanya aktif, tetapi juga memiliki pemahaman politik yang lebih dalam dan kritis.
(dpe/iwd)