Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Timur Emil Elestianto Dardak memberi inspirasi di hadapan peserta Wisuda ke-XXI Universitas Islam Lamongan (Unisla). Dia menyampaikan pesan untuk lulusan Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.
Dalam pidatonya, Emil menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas terselenggaranya wisuda ke-21 Unisla. Dia mengajak para lulusan untuk terus adaptif dan relevan dalam menghadapi perubahan zaman, terutama di era kecerdasan buatan (AI).
"Lulusan hari ini berasal dari berbagai bidang ilmu dan masih akan produktif bekerja hingga lebih dari 40 tahun ke depan. Kita tidak bisa memprediksi seperti apa masa depan, namun apapun bidang ilmu yang kita tekuni kita harus punya fleksibilitas, adaptif, dan mampu mengembangkan diri," kata Emil, Minggu (29/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil menekankan pentingnya penguasaan kompetensi yang lebih dari sekadar ilmu yang tertulis di ijazah formal. Dunia kerja masa depan bergantung pada kemampuan berpikir kritis, nalar, analisis, dan komunikasi yang tidak bisa tumbuh instan tanpa pengembangan terus-menerus.
"Kecuali untuk bidang ilmu yang sangat spesifik seperti hakim, dokter, atau jaksa, banyak bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis, nalar, dan komunikasi. Semua ini harus dikembangkan dalam keseharian kita," kata Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 itu.
Emil juga menyoroti perkembangan AI yang semakin pesat, yang bahkan mampu menggantikan pekerjaan intelektual yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Ia mencontohkan pengalamannya saat bekerja sebagai konsultan pasca lulus S2, di mana tugas-tugas seperti membaca laporan dan menyusun paparan kini bisa diselesaikan AI dalam hitungan detik.
"Saya tanya ke wisudawan, ini fakta yang menyeramkan atau menyenangkan? AI tidak bisa menggantikan pengambilan keputusan kompleks yang memiliki dampak sosial dan memerlukan tanggung jawab manusia. Inilah pentingnya kemampuan decision making yang tidak bisa tergantikan oleh mesin," ujar Emil.
Menutup pidatonya, Emil menegaskan generasi yang unggul di masa depan bukan lah mereka yang dikuasai oleh kecerdasan buatan, melainkan mereka yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi itu.
Emil mengajak lulusan Unisla untuk terus belajar, tidak terkungkung pada apa yang tertulis di ijazah, dan menjadi generasi yang menguasai AI, bukan tergantikan olehnya.
"Tidak ada kata terlalu tua atau terlalu tinggi ilmunya untuk belajar sesuatu yang baru. Saya saja, meski sudah S3, baru saja menyelesaikan S1 lagi di bidang perencanaan kota. Jika kita menjalankan prinsip belajar seumur hidup, insyaAllah lulusan Unisla akan selalu unggul dan berada di jalan yang diridhoi Allah SWT," tutupnya.
(dpe/fat)