Kampung Semanggi, Pusat Pelestarian Pecel Legendaris Khas Surabaya

Kampung Semanggi, Pusat Pelestarian Pecel Legendaris Khas Surabaya

Katherine Yovita - detikJatim
Minggu, 11 Mei 2025 02:00 WIB
Kampoeng Semanggi Suroboyo di Jalan Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo.
Kampoeng Semanggi Suroboyo di Jalan Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo. Foto: Katherine Yovita/detikJatim
Surabaya -

Warga Surabaya tentu sudah tak asing dengan pecel semanggi, kuliner tradisional khas Jawa Timur yang disajikan dengan daun semanggi, sayuran rebus, dan siraman sambal bumbu tempe. Namun, tak banyak yang tahu bahwa ada sebuah kampung di Surabaya Barat yang menjadi pusat para peracik pecel semanggi.

Namanya Kampung Semanggi. Kampung ini berlokasi di Jalan Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo. Di sana, lebih dari 120 perajin pecel semanggi masih mempertahankan warisan kuliner khas Suroboyo tersebut.

Ketua Paguyuban Kampoeng Semanggi Athanasius Suparmo mengatakan, Kampung Semanggi mulai dikenal sejak bergabung dalam program Kampung Berseri Astra (KBA). Tepatnya pada tahun 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi 2021 akhir pihak Astra datang ke sini, lalu kampung kami jadi kampung binaannya, makanya programnya Kampung Berseri Astra itu," ujarnya.

Ia menjelaskan, sejarah pecel semanggi sudah ada sejak tahun 1960-an. Bahkan, sebelum dikenal sebagai pecel, makanan ini populer dengan sebutan "Semanggi Suroboyo".

ADVERTISEMENT

Suparmo mengisahkan, awalnya kuliner ini dijajakan lima ibu-ibu yang berdagang di kawasan tengah kota Surabaya. Karena keterbatasan transportasi saat itu, mereka tinggal di rumah kos di kawasan Petemon, dan hanya pulang sekali atau dua kali dalam seminggu.

"Setelah 2021 itu, kami mendata, berapa sih pedagang semanggi di satu RW ini, itu sebanyak 120. Mereka masing-masing sudah punya wilayah sendiri, jadi nggak akan rebutan," terang Suparmo.

Kini, selain pecel semanggi, para perajin juga mengembangkan berbagai produk olahan berbahan dasar semanggi. Mulai dari semanggi instan, stik semanggi, hingga kue kering seperti nastar semanggi dan putri salju semanggi.

Bahkan, produk-produk ini telah menembus pasar luar negeri. "Produk-produk ini ternyata sudah pernah dikirim hingga ke luar negeri, tepatnya ke Australia," katanya.

Namun, di balik geliat usaha itu, warga justru menghadapi tantangan dari sisi pasokan tanaman semanggi. Istri Suparmo, Kartini, mengungkapkan kendala terbesar justru berasal dari faktor alam.

"Kendalanya itu jujur malah di semangginya. Karena hama, cuaca itu ngaruh banget, apalagi kalau sudah hujan malam, itu penyakit jadinya," keluh Kartini.

Ia menambahkan, kondisi cuaca yang tak menentu membuat mereka kesulitan memperoleh semanggi yang berkualitas.

Suparmo menuturkan, pada tahun 2024, pihaknya telah menyampaikan aspirasi kepada pemerintah untuk menjadikan Kampung Semanggi sebagai kawasan wisata edukasi. Rencananya, lahan di sekitar kampung akan dimanfaatkan sebagai tempat budidaya semanggi dan pusat promosi UMKM.

"Sementara ini rencana tersebut telah mendapatkan respons positif, dan masih digodok sebelum akhirnya direalisasikan," ujarnya.

Dengan jumlah perajin yang mencapai lebih dari 100 orang, Kampung Semanggi menyimpan potensi besar, baik sebagai sentra kuliner, maupun destinasi wisata edukatif. Inovasi produk dan semangat warga menjadi kunci pelestarian salah satu kuliner legendaris kebanggaan Kota Surabaya.




(dpe/irb)


Hide Ads