Benarkah Mi Instan Nggak Bahaya? Ini Penjelasannya!

Benarkah Mi Instan Nggak Bahaya? Ini Penjelasannya!

Sri Rahayu - detikJatim
Selasa, 24 Sep 2024 13:30 WIB
Asian businesswoman has to eat noodles while working
ilustrasi makan mi instan. Foto: Getty Images/iStockphoto/SunnyVMD
Surabaya -

Mi instan merupakan salah satu makanan cepat saji yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, banyak yang mempertanyakan apakah konsumsi mi instan aman bagi kesehatan. Benarkah makan mi instan tidak berbahaya untuk kesehatan?

Dalam video yang diunggah akun TikTok @Samuel Christ, dr Tirta menyebut mi instan tidak berbahaya. Ia mengatakan mi instan memang tidak berbahaya bagi kesehatan, namun tidak memiliki nilai gizi.

"Mi instan nggak ada gizinya, jadi nggak ada proteinnya, minimal karbo yang dikumpul sama tepung dan dikasih bumbu, bumbunya natrium. Ternyata dari penelitian, jika mi instan dimakan menggunakan sayur, telur, daging, ya ada gizinya lah!," ungkap dr Tirta seperti dilihat detikJatim, Senin (23/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi mi instan itu jika dicampur menggunakan sayur yang pure sayur dan menggunakan daging atau telor, itu mengurangi efek dari pengawetnya. Yang jadi masalah dia gak berbahaya tapi gak ada gizinya," sambung dr Tirta dalam video yang diunggah pada 21 September 2024.

Benarkah Mi Instan Tidak Berbahaya?

Sejumlah penelitian menunjukkan, mi instan mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet natrium benzoat dan penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Mi instan umumnya memiliki kadar natrium yang cukup tinggi.

ADVERTISEMENT

Bahan-bahan tambahan ini bisa berdampak negatif untuk kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Sementara itu, mi instan tidak berbahaya jika dikonsumsi dengan bijak, hanya saja makanan ini tidak memiliki nilai gizi.

Dilansir dari laman UMSurabaya, mi instan tidak bisa dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, sedangkan kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit.

Sehingga penting untuk menambahkan sayuran atau sumber protein lain saat menyajikannya. Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein seperti daging, ayam, maupun telur.

Begitu pun dilansir dari jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro berjudul Indentifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan Akibat Konsumsi Mi Instant Pada Manusia, yang ditulis Nurul Qodariyah, Sulistiyani, dan Yusniar Hanani Darundiati, mi instan lebih banyak mengandung karbohidrat.

Oleh karena itu, diperlukan tambahan sumber protein, lemak, serta sayuran saat memasak mi instan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Penambahan bahan makanan ini nyatanya mampu meningkatkan nilai gizi mi instan.

Meski begitu, sebaiknya menghindari makan mi instan terlalu sering karena dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Mi instan memang dapat menjadi pilihan cepat saat lapar, tetapi tidak seharusnya menjadi makanan utama sehari-hari.

Konsumsi mi instan disarankan tidak lebih dari dua bungkus dalam satu minggu dan tidak dijadikan kebiasaan rutin. Menjadikan mi instan sebagai lauk yang dimakan dengan nasi juga tidak dianjurkan, karena hanya mengandung karbohidrat.

Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/irb)


Hide Ads