Sate merpati di Situbondo barangkali bisa disebut sate dadakan. Sebab, merpatinya baru disembelih ketika ada yang pesan.
Warung sate merpati ini berada di jalur pantura Asembagus, Situbondo. Warung milik Pak Asan (58) berdiri pada 1996. Warungnya sempat berpindah-pindah namun tetap di jalur pantura.
Di hari biasa, Pak Asan bisa menghabiskan sekitar 60 ekor merpati. Sementara saat akhir pekan atau hari libur bisa habis seratus ekor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling banyak memang dimakan langsung di sini. Tapi banyak juga yang membungkus untuk keluarga di rumah atau sekadar oleh-oleh," terang Asan, Minggu (8/1/2023).
Ia bercerita, kadang pelanggan menelepon terlebih dahulu sebelum sampai lokasi. Sehingga begitu sampai, pesanan sate merpati sudah siap.
"Kadang rombongan tentara sehabis latihan, mampir. Mereka biasanya sudah pesan sejak siang. Karena jumlahnya puluhan," imbuhnya.
![]() |
Yang menarik dari sate merpati Pak Asan yaitu proses mengolahnya. Dadakan banget. Pelanggan bisa menyaksikan prosesnya dari awal, dari merpati masih di kandang.
Melihat merpati itu disembelih hingga dibakar jadi sate. Proses serba dadakan itu berpengaruh pada cita rasa. Yang menurutnya membuat sate merpati lebih terasa fresh.
"Mungkin hanya cara menyembelihnya saja yang beda. Sehingga menghasilkan daging yang lebih fresh ketika dibakar," ungkap bapak empat anak ini.
Harga sate merpati Rp 35 ribu per porsi. Setiap porsinya terdiri dari sate satu ekor merpati, satu piring nasi putih, serta segelas es teh/jeruk.
Warung ini buka mulai pukul 16.00-23.00 WIB. Atau sampai burung merpati yang dibawa habis.
"Merpati masih hidup disembelih, dikuliti bulunya saat itu juga, laku dibakar. Jadi dagingnya masih fresh," ujar seorang pembeli asal Bali, Nengah.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.
(sun/iwd)