Brem menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Madiun yang sayang untuk dilewatkan. Jika mampir ke pusat oleh-oleh, jajanan yang rasanya legit dan asam ini pasti berjajar di etalase.
Brem memiliki rasa yang enak dan unik. Hal ini menjadikannya salah satu ikon kuliner Madiun yang cukup populer. Brem terbuat dari sari ketan yang difermentasi, rasanya manis asam dan mengeluarkan sensasi dingin saat disantap.
Brem Madiun memiliki berbagai bentuk, ada yang bentuknya kotak pipih hingga lingkaran. Jika hendak membeli brem asli Madiun, cirinya adalah bentuk kotak pipih dengan warna putih sedikit kekuningan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Madiun, sentra penjualan brem berada di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan. Di desa dengan luas sekitar 510 hektar ini memiliki jumlah penduduk 4.882 jiwa dari 1.810 KK.
Desa ini berjarak sekitar 4 Km dari selatan pusat pemerintahan Kabupaten Madiun. Jika dari Alun-alun Caruban Madiun, sentra penjualan brem bisa ditempuh sekitar 30 menit, dengan rute melalui traffic light Masjid Jami Al Arifiah Jalan Panglima Sudirman menuju ke selatan sekitar 2 Km
Memasuki Desa Kaliabu, pengunjung akan disambut sebuah tanda gapura selamat datang. Setelah berjalan sekitar 200 meter, baru pengunjung akan melihat rumah-rumah warga yang disulap menjadi toko brem. Benar saja, di sini ada puluhan rumah warga yang memproduksi jajanan dari sari tape beras ketan putih ini.
"Jumlah UMKM di sini ada puluhan pembuat jajanan khas Madiun brem. Sekitar 55 home industry," ujar Kepala Desa Kaliabu Suwondo saat dikonfirmasi detikJatim, Jumat (21/10/2022).
Para pembuat brem, kata Suwondo, mayoritas sudah temurun dari nenek moyangnya yang dilestarikan keturunannya. Mereka juga mendapat pembinaan dari Dinas Perdagangan Kabupaten Madiun.
"Mereka juga mendapat pembinaan dari Pemkab Madiun melalui Dinas Perdagangan," kata Suwondo.
Suwandono mengatakan, pendampingan ini untuk menjaga mutu dan rasa. Di sini, mayoritas para pembuat brem memakai nama suling untuk nama depan merek.
"Kebanyakan nama depan suling nanti perpaduan belakang beda. Namun untuk menjaga kualitas rasa, pihak Dinas Perdagangan selalu memberikan penyuluhan dan pembinaan," ungkap Suwandono.
Sementara itu, Kepala Dusun Tempuran, Supiati menyebut, ada 15 dari 55 pembuat brem yang produksinya dalam sehari mampu menghabiskan bahan baku 1 kwintal beras ketan putih. Selebihnya, memproduksi dengan bahan baku di bawah 1 kwintal, karena lesunya permintaan pasar brem.
"Ada 15 UMKM besar dari total 55 yang dengan bahan baku brem 1 kwintal beras ketan putih. Sisanya di bawah 1 kwintal produksi karena pasar brem yang lesu saat ini," papar Supiati.
Supiati menambahkan, beberapa nama merek brem asli Madiun diantaranya Suling Gading, Suling Mandiri, Tongkat Mas, Mustika dan merek lainnya. Dalam pemasaran yakni ke toko oleh-oleh di Madiun raya juga luar kota.
"Dalam pemasaran ke toko oleh-oleh di Madiun raya dan luar kota juga. Surabaya, Yogyakarta, Bali, Malang dan kota besar lainnya," jelasnya.
Selain itu, Supiati menduga, lesunya pasaran brem dimungkinkan karena pembeli beralih ke jajanan modern. "Bisa Jadi karena adanya jajanan modern hingga menyebabkan lesu pasar brem saat ini," tandasnya.
Salah satu pembuat brem dengan merek Suling Gading, Nurshiam (35) mengakui kondisi pasar brem memang lesu. "Betul lesu ini apa lagi waktu pandemi COVID-19 kemarin kita stop tidak produksi," ucap Nurshiam.
Simak Video "Video Top 5: Larangan Roblox hingga Acha Septriasa Resmi Bercerai"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/fat)