Konsistensi Kawan Netra Dampingi 300 Tunanetra Meski Pernah Difitnah

Kabar Komunitas

Konsistensi Kawan Netra Dampingi 300 Tunanetra Meski Pernah Difitnah

Aprilia Devi - detikJatim
Rabu, 24 Jan 2024 19:01 WIB
Komunitas Kawan Netra yang senantiasa dampingi 300 tunanetra di berbagai tempat agar lebih berdaya.
Komunitas Kawan Netra saat mendampingi tunanetra mengikuti pameran pendidikan Eropa di Surabaya. (Foto: Istimewa/dok. Kawan Netra)
Surabaya -

Ketulusan Komunitas Kawan Netra dampingi para tunanetra tidak perlu diragukan. Komunitas yang berdiri sejak 2020 ini konsisten untuk memberikan pendampingan kepada para tunanetra mulai dari pendidikan, pembinaan agama islam, akses pekerjaan, hingga kepemudaan.

Ketua Komunitas Kawan Netra Gusti Hamdan menceritakan bahwa mulanya komunitas ini berdiri untuk membantu tunanetra dengan mempromosikan pijatnya di tengah pandemi yang membuat pendapatan mereka hampir mendekati nol.

Komunitas Kawan Netra pun lantas mengadakan kampanye "Ayo Pijat ke Tunanetra" yang saat itu diadakan di Jalan Raya Darmo dan sekitaran Taman Bungkul dan menjadi gerakan pertama mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komunitas Kawan Netra mengadakan flashmob dan edukasi masyarakat bahwa pijat ke tunanetra itu aman dan bisa sekaligus membantu perekonomian para tunanetra.

"Kegiatan itu menjadi awal mula bagi kami untuk serius mendampingi tunanetra Surabaya. Kami menamakan diri kami Kawan Netra yakni sekumpulan relawan yang peduli pada nasib disabilitas netra," tutur Gusti kepada detikJatim, Rabu (24/1/2024).

ADVERTISEMENT

Sejak berdiri pada 2020, komunitas ini secara konsisten melakukan berbagai gerakan mulai dari mendampingi tunanetra mendapatkan akses pendidikan layak, beragam pelatihan untuk tunanetra, pendampingan baca Al Qur'an, berkarya di bidang musik dan film, hingga jelajah alam naik gunung.

Gusti menyebutkan saat ini sudah ada lebih dari 300 tunanetra yang didampingi Komunitas Kawan Netra. Mereka tersebar di sejumlah wilayah baik di Surabaya, Sidoarjo, Malang, Madura, Banyuwangi, maupun di NTB. Hampir tiap hari ada kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini.

"Sejak pendiriannya tahun 2020 itu, kegiatan kami hampir tiap hari membersamai mereka. Yang paling intensif sih kepemudaan dan pembinaan agama Islam melalui kegiatan tunanetra mengaji yang dilakukan tiap hari," ujarnya.

Kegiatan pembinaan agama Islam tersebut memberikan dampak yang luar biasa. Banyak tunanetra yang awalnya tidak mengenal huruf arab kini menjadi mahir membaca Al Qur'an dengan menggunakan huruf braille.

"Angka buta huruf Quran di Indonesia cukup tinggi yakni sebesar 95%. Mereka membutuhkan pelatihan dan pembelajaran Quran Braille. nah, Kawan Netra ada untuk mengadakan Gerakan Tunanetra Mengaji yang dilaksanakan sejak 2021 hingga sekarang. Alhamdulillah pada bulan Oktober lalu kami mewisuda sekitar 20 orang tunanetra di Surabaya yang semula tidak bisa baca Quran sama sekali lalu kemudian saat ini sudah bisa," kata Gusti.

Selanjutnya kegiatan yang paling berdampak yakni dari sisi kepemudaan. Terlihat perbedaan yang cukup signifikan dari para pemuda yang dibina oleh Komunitas Kawan Netra. Mereka yang mulanya berprofesi sebagai guru dan pemijat saat ini sudah berani bermimpi menjadi profesional di berbagai bidang.

"Selain itu karakter mereka juga berkembang, yang semula kurang percaya diri, kenalannya sedikit, akhirnya menjadi lebih percaya diri dan ikut berbagai organisasi dan seminar bahkan tingkat nasional dan internasional," ujar Gusti.

Sepanjang perjalanannya mendampingi tunanetra, banyak tantangan yang dihadapi komunitas ini. Mereka bahkan sempat dikira mengeksploitasi tunanetra untuk mengumpulkan sumbangan. Ini ditepis dengan pembuktian oleh Komunitas Kawan Netra melalui program-program yang dilakukan.

"Utamanya adalah anggapan orang bahwa kami ini sedang eksploitasi tunanetra. Padahal sejauh ini penggalangan dana kami berfokus pada program, bukan menjual kesedihan tunanetra. Tapi ya sudah, namanya juga tantangan, toh tunanetra yang kami dampingi pun tahu bahwa kami fokus ke program," katanya.

"Isu disabilitas memang cukup sensitif sih, makanya kami memposisikan diri sebagai relawan pendamping, namanya juga 'Kawan' artinya tidak ada yang di atas dan tidak ada yang di bawah," jelasnya.

Gusti pun berharap Komunitas Kawan Netra ini bisa selalu eksis dalam menjadi "kawan" untuk mendampingi para tunanetra.

"Harapannya semoga bisa terus eksis gitu aja. Nggak muluk-muluk, biar jalan sesuai skenarionya Allah aja. Enak, nggak jadi beban," pungkasnya.

Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.




(dpe/dte)


Hide Ads