Setiap orang berhak hidup dengan layak meski mereka mengalami keterbatasan. Selama ini para penyandang disabilitas banyak mendapatkan stigma dari masyarakat yang memandang mereka dengan sebelah mata. Di sinilah Komunitas Mata Hati hadir.
Komunitas Mata Hati adalah salah satu komunitas di Surabaya yang concern pada pemberdayaan disabilitas. Mereka bergerak membantu dan memberdayakan para penyandang disabilitas melalui bermacam pelatihan serta berbagai pendampingan secara personal.
Dani Heru Dwi Hartanto, Ketua Komunitas Mata Hati menyebutkan bahwa dirinya berharap masyarakat bisa memperlakukan para difabel dengan setara. Jangan hanya mengedepankan rasa kasihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahwa teman-teman disabilitas silakan diperlakukan sebagaimana semestinya, biasa saja. Jangan yang gimana-gimana. Disabilitas juga manusia yang bisa guyon. Jangan terlalu dikasihani, nanti lemah. Yang mestinya matanya nggak bisa lihat, kalau dilemahkan lagi nanti ikut lumpuh," ujarnya Dani dijumpai detikJatim di Sekretariat Komunitas Mata Hati, Jalan Rungkut Asri XIII Nomor 16 Surabaya, Rabu (10/1/2024).
Dani menyampaikan bahwa dirinya bersama Komunitas Mata Hati ingin mengubah stigma masyarakat ke arah yang lebih positif. Supaya masyarakat bisa memperlakukan disabilitas secara setara.
Begitupun dengan kawan-kawan disabilitas lainnya, Dani ingin para penyandang disabilitas bisa menunjukkan kepada diri mereka masing-masing maupun orang lain bahwa mereka bisa melampaui keterbatasan dengan cara yang mereka bisa.
Sebab itulah Komunitas Mata Hati bergerak dengan berbagai upaya sejak 2000 hingga saat ini untuk memberdayakan kawan-kawan disabilitas.
Perjalanan panjang mereka dimulai saat Almarhum Hadi Wicaksono, Bagus, dan Fitri yang keduanya tuna netra ingin membentuk grup musik. Karena saat itu masih sangat jarang teman-teman disabilitas netra yang bekerja selain menjadi tukang pijat.
Lama kelamaan muncul keinginan untuk berkolaborasi bersama teman-temannya. Hingga pada 2007 mereka mulai menginisiasi gerakan diskusi dan kegiatan-kegiatan kecil yang bermanfaat bagi sesama. Hingga mereka mulai menggagas berbagai kegiatan dan program sosial.
Pada 2011 mereka memiliki program 'ngobrol karo arek-arek'. Di tahun 2013-2023 mereka memiliki program bingkai braille. Tahun 2021 saat Pandemi COVID-19 mereka melaksanakan program Pelit, akronim dari pelatihan IT Tuna Netra.
![]() |
"Waktu itu Pandemi sehingga teman-teman kesulitan berjualan produk offline. Disabilitas netra yang sudah paham teknologi kami ajak mengadakan workshop bisnis online," ujar Dani.
Tidak hanya itu, mereka juga menggelar program Peluk atau Pelatihan UMKM. Ada pula program Tepi atau terapi pijat untuk mengakomodir teman-teman disabilitas yang memang memiliki kemampuan pijat.
Co-Founder dan Relawan Komunitas Mata Hati, Dian Ika mengungkapkan bahwa program-program yang telah dilaksanakan Komunitas Mata Hati yang beranggotakan kurang lebih 53 orang ini memang bukan program-program yang besar.
Namun, mereka yakin dengan kerap melakukan aktivitas atau hal-hal yang kecil mereka mampu memberikan impact lebih kepada setiap individu disabilitas yang tergabung dalam program tersebut.
"Kami sebenarnya banyak kegiatan yang mungkin bagi sebagian orang kecil. Tapi bagi kami impact-nya besar. Misalnya ngopeni anak-anak disabilitas yang memang butuh dampingan. Kegiatannya personal," ujar Ika.
Ika mencontohkan beberapa pendampingan personal yang dilakukan para relawan di komunitas ini untuk para penyandang disabilitas, mulai dari cara penggunaan HP, perangkat elektronik, sampai cara makan, dan hal-hal lainnya.
![]() |
"Kami ajarin cara menggunakan HP. Bukan program yang besar tapi hal-hal kecil yang bagi kami penting. Teman-teman yang udah lanjutan tingkatnya tapi kan mereka harus adaptasi. Kami lakukan itu person to person. Karena salah satu concern kami to help people to help themselves," kata Ika.
Perjalanan panjang sejak 2000 itu hingga sekarang dihadapkan dengan berbagai tantangan. Tetapi berkat kekompakan para pengurus serta bantuan dari berbagai pihak mulai dari relawan, mitra, hingga perusahaan bisa menguatkan semangat Komunitas Mata Hati untuk terus memberdayakan sesama.
Ke depan mereka akan fokus pada pelatihan UMKM bagi para penyandang disabilitas. Selain itu mereka juga melaksanakan fund raising project dengan berjualan merchandise kaos berdesain khusus dan jargon-jargon menarik hingga totebag berbahasa isyarat sebagai salah satu sumber pendanaan program.
Jika komunitas di Jatim memiliki agenda kegiatan yang menarik bisa berbagi info dengan detikjatim melalui alamat email: redaksi@detikjatim.com.
(dpe/iwd)