Saat pertama kali bertemu Wali Kota Blitar Santoso, sebagian orang menganggapnya santai. Di balik kesan santai itu, Santoso memiliki cerita menarik tentang dirinya. Dia pun menceritakannya saat dihubungi detikJatim, Jumat (20/5/2022).
Santoso dulunya dikenal sebagai pendidik dan birokrat di lingkungan Kota Blitar, yakni tahun 1993 hingga 2015. Dirinya mengaku tak pernah membayangkan menjadi kepala daerah sebelumnya.
"Saya mengawali karier sebagai umar bakri (guru) di SMK Angkatan 45 Kota Blitar, sampai merasakan menjadi kepala dinas pendidikan hingga sekretaris daerah Kota Blitar, kurang lebih 30 tahun. Awalnya tidak pernah berpikir menjadi wali kota," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Santoso akhirnya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Blitar pada Pilkada 2015 karena termotivasi sebuah stigma yang berkembang di masyarakat. Dia pun ingin mematahkan stigma itu.
"Stigmanya adalah karier seorang guru itu terbatas dan tidak memiliki jenjang karir yang tinggi. Dari situ saya termotivasi untuk menunjukkan bahwa seorang guru mampu memiliki karier yang tinggi," papar pria 61 tahun itu.
Santoso pun percaya diri untuk maju Pilkada dengan modal prestasi selama menjadi birokrat, yakni Satyalancana Kraya Satya sebanyak 2 kali. Yakni penghargaan dari Presiden RI bagi pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugasnya dengan baik dalam kurun waktu tertentu.
"Motivasi saya maju dalam Pilkada lainnya adalah dorongan masyarakat dan saya ingin memaksimalkan kebijakan-kebijakan yang berdampak bagi kesejahteraan warga. Mengemban amanah wali kota juga menjadi sebuah pengabdian dan ladang pahala tentunya," imbuh pria berkacamata itu.
Pada Pilkada 2015, dirinya memenangkan Pilkada sebagai Wakil Wali Kota Blitar periode 2016-2019. Tahun 2019, Santoso menjadi Plt Wali Kota Blitar dan kembali maju di Pilkada 2020 sebagai calon Wali Kota Blitar.
![]() |
Saat itu, dirinya berpasangan dengan Tjutjuk Sunario. Pasangan yang diusung oleh PDIP, Gerindra, PPP, Demokrat dan Hanura itu akhirnya memenangkan Pilkada tahun itu. Mereka pun resmi menjadi kepala daerah tanggal 19 Mei 2020.
Keduanya pun memiliki program unggulan. Salah satunya RT Keren, yakni program bantuan dana Rp 50-100 juta tiap RT di Kota Blitar. Tujuannya untuk pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat di masing-masing RT.
"Tentu kita berharap kebermanfaatan yang dimulai dari simpul kecil pemerintahan melalui RT menjadi sebuah transformasi keberdayaan secara menyeluruh di Kota Blitar," jelas pria asli Kota Blitar itu.
Selama menjabat menjadi Wali Kota Blitar, Santoso tak menampik bahwa dirinya harus siaga 24 jam untuk masyarakat. Namun, dirinya pun berusaha meluangkan waktu untuk keluarga di sela-sela kesibukannya.
"Tentu, karena keluarga merupakan support system bagi saya. Berkat dorongan keluarga juga saya bisa menjadi seperti ini," tutur Santoso.
Sesekali, Santoso juga menyempatkan berwisata kuliner saat senggang. Dia mengaku menyukai makanan 'ndeso'.
"Seperti jangan tewel, uceng, bebek, sate kambing," paparnya lantas tersenyum.
Santoso menambahkan, dirinya juga memiliki hobi yang hampir tiap hari dilakoninya. Yakni merawat hewan-hewan kesayangannya di rumah dinas. Salah satu hewan yang sangat diperhatikannya adalah ayam.
"Tiap pagi sebelum kegiatan dinas, saya selalu cek peliharaan saya di rumah dinas. Yakni ayam, kucing, burung, dan ikan koi. Terlebih ayam, karena hampir semuanya ayam hias. Seperti ayam brahma, ayam cemani, ayam poland, ayam golden pheasant, dan burung onta. Hobi ini sebagai refreshing di kala padatnya kegiatan yang saya kerjakan," ucap Santoso.
Salah satu staf Humas Kota Blitar, Yoni Perwira pun mengakui hobi Santoso. Dirinya juga kerap melihat aktivitas Wali Kota Blitar ini di rumah sebelum berangkat dinas.
"Betul. Punya kebun binatang mini di rumah dinas," tambah dia.
Santoso pun memiliki harapan besar untuk Kota Blitar ke depannya. Dia ingin kota yang dikenal dengan keberadaan makam proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Soekarno ini menjadi kota yang megah. Dengan pengembangan destinasi pusat wisata religi.
Itu sebabnya, keberadaan Makam Bung Karno, perpustakaan nasional, dan masjid megah di Kota Blitar diharapkan bisa dikolaborasikan menjadi destinasi pusat wisata religi. Peluang besar juga dapat dilihat dari beragam wisata dan UMKM yang ada di Kota Blitar. Sehingga kota ini bisa maju dan bersaing.
(hse/sun)