Kasus penemuan jasad mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di aliran sungai wilayah Pasuruan terus menyita perhatian publik. Selain dugaan keterlibatan polisi Polres Probolinggo, isu kedekatan personal hingga konflik keluarga antara pelaku dan korban mulai mencuat di tengah masyarakat dan media sosial.
Korban diketahui bernama Faradilah Amelia Nazwa (21), warga Desa Ranuagung, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Faradilah merupakan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Jasad korban pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang hendak menuju sawah di sekitar lokasi.
Dalam perkembangan kasus, pelaku pembunuhan diduga merupakan Bripka AS, anggota Provost Polsek Krucil, Polres Probolinggo. Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan pendalaman dan pemeriksaan intensif terkait dugaan keterlibatan oknum aparat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gita, warga Kecamatan Tiris yang mengenal lingkungan keluarga korban mengungkapkan, hubungan antara korban dan pelaku tidak terlihat jelas oleh keluarga besar.
"Kalau yang disampaikan Abah atau mertua pelaku, Haji Ramelan, memang dibilang tidak akur. Itu disampaikan di hadapan banyak orang," ujar Gita saat diwawancarai, Kamis (18/12/2025).
Namun, menurut Gita, berdasarkan informasi yang ia himpun dari teman-teman korban, hubungan Faradilah dengan Bripka AS di luar lingkungan keluarga justru terlihat baik.
"Di luar itu, Farah kelihatan akur sama pelaku. Kedekatan ini tidak diketahui oleh orang tuanya. Jadi memang seperti ditutupi," katanya.
Gita menambahkan, korban diketahui memegang peran penting dalam pengelolaan keuangan keluarga. Faradilah disebut sebagai bendahara keluarga dan mengelola keuangan usaha keluarga.
"Awalnya yang pegang keuangan itu istri pelaku, Husnawiyah. Tapi sekarang dipercayakan ke Farah (korban). Dari situ muncul dugaan ada kecenderungan pelaku ingin menguasai harta keluarga istrinya," ungkap Gita.
Menurut keterangan warga, pelaku juga diduga sempat memicu konflik internal keluarga dengan menuding Yanu (36), kakak ipar pelaku, sehingga hubungan keluarga menjadi tidak harmonis.
"Yanu sampai difitnah, keluarganya jadi tidak suka, dan akhirnya pulang ke rumah istrinya di Lumajang," jelas Gita.
Diketahui, keluarga korban merupakan keluarga berada di Kecamatan Tiris. Usaha mereka meliputi perdagangan sembako, material bangunan, pertanian, transportasi berupa truk dan travel, hingga jual beli tanah.
"Orang-orang sini menyebutnya Sultan Tiris," ujar Gita.
Faradilah dikenal sebagai pribadi tertutup dan jarang bergaul luas di desa saat pulang kampung.
"Kalau pulang ke sini jarang keluar rumah. Kalaupun keluar ya dengan teman-teman circle-nya saja," katanya.
Meski berasal dari keluarga berada, Faradilah disebut tidak menunjukkan gaya hidup mencolok. Namun, menurut Gita, pelaku disebut sangat ketat terhadap korban.
"Ada temannya Farah cerita, kalau Farah telepon seseorang langsung dimarahi pelaku. Dibilang jangan banyak telepon, kuliah itu mahal, fokus kuliah," ungkapnya.
Di tengah masyarakat, muncul dugaan adanya hubungan asmara atau cinta segitiga antara pelaku dengan korban. Dugaan ini masih sebatas asumsi warga dan belum dibuktikan secara hukum.
Pelaku diketahui menikah dengan Husnawiyah, kakak korban. Husnawiyah telah memiliki satu anak, dan anak keduanya masih dalam kandungan. Warga juga menyebut pelaku diduga telah beberapa kali menikah sebelum pernikahan saat ini.
"Saya dengar itu sudah duda tiga kali, ini istri keempat," kata Gita.
Ia juga menambahkan, Husnawiyah tidak pernah terlihat mengenakan seragam Bhayangkari, yang memunculkan berbagai spekulasi di masyarakat.
Simak Video "Video: Fakta Penemuan Mayat dengan Tangan-Kaki Terikat di Tol Jagorawi"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)











































