Setelah resmi menerima amnesti dari pemerintah, Sugi Nur Raharja atau Gus Nur menegaskan akan tetap bersikap kritis dalam menyampaikan pandangannya. Namun, ia berjanji akan menyampaikannya dengan cara yang lebih santun.
Pernyataan itu disampaikan Gus Nur saat mendatangi Kantor Balai Pemasyarakatan (Bapas) Malang untuk mengurus administrasi bebas bersyarat, usai menerima amnesti dari Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (6/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Nur mengaku sikap kritisnya terhadap jalannya pemerintahan tidak akan berubah. Hanya saja, kini ia memilih menyampaikan kritik dengan cara yang lebih lembut, mengikuti nasihat dari keluarga dan pihak Bapas Malang.
"Mohon bimbingannya, saya keras dikit langsung ditelepon (Bapas). Jangan keras-keras, katanya. Alhamdulillah, tentu itu bentuk kasih sayang dari beliau-beliau kepada saya," ujar Gus Nur kepada wartawan di Kantor Bapas Malang Jalan Barito, Rabu siang.
Meski tetap akan bersuara, Gus Nur kini memilih untuk menyampaikan pandangannya dengan gaya yang lebih halus. Ia menyebut dorongan untuk berubah datang dari orang-orang terdekatnya, terutama istri dan anak-anaknya.
"Ternyata bukan hanya orang lain yang menasihati, tapi anak saya, keluarga saya juga menasehati. 'Gus Nur, kalau bisa tetap kritik tajam, tapi pakai bahasa yang lebih halus, lebih santun.' Ya sudah, saya turuti, insyaallah," tuturnya.
Ia juga menyampaikan pandangan menarik soal peran seorang laki-laki dan ayah. Menurutnya, seorang laki-laki dan ayah harus mampu merendahkan ego demi keluarganya.
"Saya bisa mengalahkan dan tidak takut sama siapapun. Tapi sama istri harus rendahkan ego, sama anak juga. Kalau keluarga saya menginginkan Gus Nur tetap tegas tapi santun, ya sudah, kita ikuti," tegasnya.
Amnesti yang diterima Gus Nur datang setelah ia terlebih dahulu menjalani masa pembebasan bersyarat. Prosesnya, menurut Gus Nur, sudah dimulai sejak dirinya masih berada dalam rutan.
"Kabar ini sudah saya terima saat saya masih di dalam. Bahkan, sudah berproses, sudah sidang TPP. Harapan saya amnesti ini keluar waktu saya masih di dalam, ternyata saya keluar dulu baru dapat sekarang. Tapi, apapun itu saya syukuri, matur suwun," ujarnya.
Gus Nur menegaskan sikap kritis terhadap pemerintah adalah bagian dari tugas moral dan panggilan jiwanya. Namun, ia menegaskan bahwa kritik yang ia lontarkan tidak pernah ditujukan kepada individu, melainkan terhadap sistem pemerintahan.
"Insyaallah tetap kritis. Itu bagian dari panggilan jiwa, dari dulu itu tugas. Pemerintah itu wajib dikritik. Yang dikritik sistemnya, bukan orangnya. Kalau orangnya saya nggak pernah ada masalah. Kritik itu karena saya sayang sama pemerintah, saya sayang sama negara Indonesia ini," ungkap Gus Nur.
Bahkan, Gus Nur berseloroh bahwa seharusnya ia diberi gaji karena membantu mengkritik pemerintah seperti halnya tugas DPR. Selama menjalani masa bebas bersyarat, Gus Nur mengaku beberapa kali mendapatkan peringatan dari pihak Bapas jika dinilai menyampaikan kritik dengan nada terlalu keras.
"Masih bebas bersyarat, jadi ya diperhatikan batas-batasnya. Mereka sayang sama saya, daripada saya nanti kenapa-kenapa, beban moral juga ke Bapas, lebih-lebih ke saya dan keluarga. Contohnya kemarin waktu saya kritik KDM, langsung diingatkan. 'Hati-hati, Gus,' kata beliau," katanya.
Dengan amnesti yang kini ia terima, masa bimbingan dari Bapas Malang resmi dihentikan. Namun, Gus Nur tetap membuka diri untuk kerja sama dan komunikasi ke depan, terutama terkait kegiatan sosial dan keagamaan melalui yayasan yang ia kelola.
(irb/hil)