Sujito (67), pelaku pembacokan tiga tetangganya saat Salat Subuh di Musala Al Manar, Desa Kedungadem, Bojonegoro, mengaku terinspirasi berita kasus mafia tanah di televisi, sebelum kejadian berdarah itu terjadi pada Selasa (28/4/2025).
"Pengakuan pelaku itu karena malamnya sekitar pukul 01.00 WIB nonton berita di TV terkait kasus mafia tanah," ujar Kasatreskrim Polres Bojonegoro AKP Bayu Adjie Soedarmono kepada detikJatim, Jumat (2/5/2025).
Menurut Bayu, usai menonton berita tersebut, Sujito yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bengkel skok motor itu merasa darahnya mendidih karena teringat kasus tanah yang dialaminya. Tak berselang lama, menjelang subuh, pelaku pergi ke musala dengan membawa sebilah parang dari rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku ini mengaku juga darahnya mendidih teringat dengan kasus yang ia (Sujito) alami. Sehingga nekat membacok tetangganya tersebut," imbuh Bayu Adjie.
Sebelumnya, tragedi berdarah itu dipicu sengketa lahan berukuran 2x10 meter di samping kiri rumah milik Cipto Rahayu yang letaknya bersebelahan dengan bengkel milik Sujito. Tanah tersebut menjadi jalan umum, yang belakangan membuat Sujito menyimpan kekecewaan bertahun-tahun.
Informasi yang dihimpun, Sujito sempat beberapa kali mengadu ke Kantor Desa Kedungadem untuk mediasi dengan kepala desa. Namun upayanya tak pernah membuahkan hasil.
Kepala Desa Kedungadem, Agus Hari Purwanto membenarkan bahwa sepetak tanah di samping bengkel Sujito memang menjadi pangkal persoalan itu.
"Bukan sengketa sebenarnya. Tapi kecewa dengan Pak Cip, tanah dia jadi jalan. Tapi kan orang beli ya sudah sesuai ukuran. Kenapa juga dulu saat pembuatan sertifikat dia (Sujito) mau tanda tangan pada 2015," ujar Agus kepada detikJatim, Rabu (30/4/2025).
Agus juga menyebut, beberapa minggu sebelum kejadian, Sujito sempat kembali mendatangi kantor desa untuk menanyakan status tanah tersebut.
"Baru hitungan minggu pernah ke pemdes. Tanah ini dulu milik orang tuanya Pak Jito. Dulunya satu sertifikat dipecah jadi tiga. Dibagi sama adiknya. Dan sebagian dibeli Pak Cip," kisahnya.
Saat proses pembuatan sertifikat, kata Agus, Sujito sebenarnya sudah menandatangani persetujuan menjadikan sebagian tanah tersebut sebagai akses jalan.
"Saat pembuatan sertifikat, otomatis minta persetujuan dijadikan jalan. Dan ini sudah tidak jadi kewenangan desa saat ini. Dan pada 2015 kadesnya belum saya," lanjut Agus.
Agus mengaku sangat menyesalkan insiden berdarah tersebut yang terjadi di Musala Al Manar, RT 4, RW 2 Desa Kedungadem, Selasa (29/4) pagi, hingga menyebabkan tiga warganya jadi korban pembacokan.
Korban tewas dalam kejadian ini adalah Abdul Aziz, mantan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Kedungadem yang kini menjabat Ketua RT setempat. Dua korban lainnya yakni Arik Wijayanti (60) dan Cipto Rahayu mengalami luka berat di kepala dan tangan.
Kasatreskrim AKP Bayu Adjie Soedarmono menyebutkan dari hasil visum, Arik Wijayanti mengalami tiga luka bacok di kepala dan tubuh dengan panjang luka masing-masing sekitar 7 centimeter.
"Saat ini, korban dirawat intensif di ruang ICU, dan belum sadarkan diri. Korban masih kritis dan belum sadar," ujar AKP Bayu.
Sementara pelaku Sujito masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik di Polres Bojonegoro, sembari menunggu perkembangan kondisi korban lainnya.
(hil/iwd)