Keinginan besar Uswatun Khasanah (29), korban mutilasi dalam koper di Ngawi, untuk membangun rumah sendiri kini sirna usai tragedi yang menimpa dirinya. Perempuan yang kerap disapa Ana ini menjadi korban pembunuhan dan mutilasi oleh suami sirinya, A.
Keinginan Uswatun memiliki rumah itu diungkapkan oleh ayah tirinya, Hendi Suprapto. Hendi mengatakan, korban berencana memulai pembangunan rumah di Dusun Pucungsari, Desa Slorok, Kecamatan Garum, pada hari ini, Senin (27/1/2025). Namun, Uswatun memutuskan untuk menunda rencananya hingga hari Jumat.
"Terakhir ya yang diinginkan itu mau bangun rumah sendiri. Harusnya Senin besok itu mulai bangun, cuma korban minta diundur hari Jumat saja," ungkap Hendi dengan penuh keprihatinan kepada detikJatim, Minggu (26/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keinginan Uswatun yang tak terwujud itu kini hanya menjadi kenangan. Sejak kecil, ia tinggal bersama sang nenek di Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, Blitar, dan sering pulang ke rumah ibu kandungnya di Desa Sidodadi.
Namun, kegembiraan keluarga yang semula menanti rencana tersebut, berubah menjadi duka mendalam. Keluarga Uswatun belum mendapatkan informasi tentang pelaku mutilasi yang menghilangkan nyawa perempuan baik hati ini. Hendi mengungkapkan kekhawatirannya dan hanya bisa memasrahkan kasus ini ke polisi.
"Belum (tahu). Semuanya kami serahkan ke polisi. Kami percaya dan pasrah kepada polisi," imbuhnya.
Sementara itu, perasaan aneh datang dari anak pertama Uswatun, yang menceritakan sebuah mimpi aneh tentang rumah yang ramai oleh orang-orang. Mimpi yang tampaknya tidak ada artinya itu akhirnya menjadi kenyataan dengan kedatangan banyak pelayat di rumah korban.
"Anaknya yang mimpi terus diceritakan ke nenek korban. Baru kemarin disampaikan kepada kami," kata Hendi.
Bagi keluarga, Uswatun dikenal sebagai sosok yang ceria dan perhatian. Ayah kandungnya, Nur Khalim, menegaskan bahwa anaknya adalah pribadi yang baik dan tidak memiliki musuh.
"Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya," ungkap Khalim, mengenang kebaikan putrinya yang kini telah tiada.
Uswatun, yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara, terakhir kali berkomunikasi pada Sabtu (18/1), sebelum tiba-tiba menghilang dan tak ada kabar lagi pada Selasa (21/1). Keluarga berharap agar pelaku dihukum dengan seberat-beratnya.
"Saya minta bantuan agar pelaku kejahatan (terhadap anak saya) itu biar diadili dan dihukum sesuai perbuatannya," kata Khalim, dengan penuh harap.
(hil/iwd)