Peneliti Dukung Satgas Berantas Judi Online hingga ke Akar-akarnya

Peneliti Dukung Satgas Berantas Judi Online hingga ke Akar-akarnya

Firtian Ramadhani - detikJatim
Kamis, 07 Nov 2024 05:30 WIB
Ilustrasi judi online lagi
Ilustrasi. (Foto: Fuad Hasim/Infografis)
Surabaya -

Peneliti Utama PUSAD Universitas Muhammadiyah Surabaya, Radius Setiyawan mengapresiasi upaya pemerintah membuat satgas pemberantasan judi online. Radius menyebutkan bahwa satgas ini menjadi sangat penting namun perlu membedakan mana korban mana pelaku.

"Persoalan judi online agak berbeda. Praktiknya punya siapa? Yang terlibat pasti banyak sekali. Ini (satgas) memang harus diapresiasi tetapi ada catatan. Satgas relevan karena kondisi judi online sudah sangat mengkhawatirkan. Perlu diberantas hingga ke akarnya," kata Radius kepada detikJatim, Rabu (6/11/2024).

Melihat data sejumlah korban judi online hingga investasi bodong, Radius mengatakan yang paling berbahaya dalam hal ini adalah imajinasi. Masyarakat pelaku judi online itu berimajinasi bagaimana menjadi kaya secara instan. Imajinasi ini bagi orang kelas bawah menurutnya sangat membahayakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehari-hari itu dia hidup dalam tekanan ekonomi. Ketika ada tawaran di media sosial, dengan gadget dapat penghasilan segini maka orang mudah tergiur dan tertipu. Tapi perlu dilihat, dia itu korban atau pelaku?" Urai Dosen Kajian Media dan Budaya UM Surabaya itu.

"Jika aktor penyedia judi online dari jaringan tersebut adalah pelaku, masyarakat kelas bawah perlu dipastikan bahwa dia ini korban atau pelaku? Satgas perlu menyadari ini," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dia pun mendukung Satgas Pemberantasan Judi Online ini melakukan deteksi para pelaku hingga ke akar-akarnya sehingga tidak semakin banyak masyarakat kalangan ekonomi bawah yang menjadi korban.

Dilansir detikNews, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengungkapkan bahwa transaksi judi online (judol) pada 2024 meningkat signifikan, mencapai Rp283 triliun dengan semester pertama mencapai Rp174,56 triliun. Kenaikannya mencapai 237,48% dibanding tahun lalu.

Ivan menjelaskan bahwa rendahnya nominal deposit mulai dari Rp10 ribu memungkinkan lebih banyak orang termasuk anak-anak, untuk terlibat dalam judi online. Hal ini menciptakan tren transaksi yang semakin masif dan meluas di berbagai kalangan masyarakat.




(dpe/iwd)


Hide Ads