Malam itu Kamis 22 Agustus 208 sekitar pukul 21.00 WIB, Umar Said tampak sedang berbincang serius dengan tujuh napi di selnya Blok B Lapas Jember. Tak lama, Umar lalu menyuruh memanggil seorang napi bernama Rahmad Andita untuk menemuinya di sel nomor 2 itu.
Ketujuh napi yang diajak bicara itu yakni Fajar Suwito, Sudiarjo, Boyono, Ibrohim, Kiki Hidaya, Rosis Hamidi dan Zainuddin. Rupanya Umar dan ketujuh napi itu tengah membicarakan Rahmad yang sedang dipanggilnya tadi.
Dalam perbincangan malam itu, mereka mengeluh dengan ulah Rahmad yang menjadi mata-mata sesama napi di dalam lapas. Selain jadi informan, Rahmad juga kerap bersikap arogan dan enggan membayar ketika berutang dengan napi lainnya.
Rahmad sendiri merupakan napi kasus perusakan dan penganiayaan. Karena kasusnya ini, pria asal Dusun Krajan, Desa Petung, Bangsalsari itu divonis 16 bulan penjara.
Pria 31 tahun yang menempati blok B 2A itu tiba di sel Umar dan ketujuh napi lainnya yang sejak tadi berkumpul. Umar selanjutnya meminta klarifikasi kebenaran menjadi informan petugas Lapas Jember dan enggan membayar utang.
Bukan dijawab, Rahmad malah terlibat adu mulut dengan Umar. Melihat hal ini, Fajar yang emosi lalu mencekik leher Rahmad dari belakang. Namun Rahmad tak tinggal diam, ia memberi perlawanan.
Perlawanan ini membuat Umar melayangkan pukulan ke perut Rahmad berkali-kali. Spontan napi lainnya, Sudiarjo memegang tangan kanan Rahmad dan tangan kiri dipegangi Zainuddin. Sedangkan Kiki memegangi kakinya.
Buwono tak mau ketinggalan, ia juga turut memukul dada sedangkan Ibrahim memukuli muka Rahmad. Namun Rahmad ternyata terus memberontak dan berteriak. Karena hal ini, Umar lalu menyumpal mulut Rahmad dengan bantal untuk meredam teriakan.
Pukulan bertubi-tubi dan sumpalan bantal ini kemudian membuat Rahmad tak berdaya dan tewas. Para pelaku kemudian membuat rekayasa, mula-mula mereka mengganti baju Rahmad yang lusuh dan terdapat ceceran darah dengan yang baru.
(abq/iwd)