Surabaya -
Office Boy (OB) yang bekerja di Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya melakukan sederet akal bulus untuk menipu korban hingga puluhan juta rupiah. Ia mengaku bisa meloloskan siswa masuk SMP Negeri di Surabaya tanpa melalui jalur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Pelaku merupakan pria bernama Diki Arfian (43), warga Tegalsari, Surabaya. Saat ini, Diki telah diamankan polisi.
Berikut sederet fakta akal bulus OB Dindik Surabaya jadi calo PPDB hingga tipu korban Rp 20 Juta:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Korban Rugi Rp 20 Juta
Kapolsek Tegalsari Imam Mustolih menyebut, pelaku menipu korbannya dengan iming-iming meloloskan putra-putri korban di SMPN Surabaya tanpa mengikuti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
"Ini murni unsur penipuan. Korbannya dua orang. Kerugian 20 juta (per orang)," ungkap Imam Mustolih kepada detikJatim, Selasa (25/7/2023).
2. Korban Tergiur Lihat Pekerjaan Pelaku
Imam menambahkan, pelaku menipu korban lantaran sudah saling kenal. Korban juga tergiur karena mengetahui pelaku bekerja di Diknas Kota Surabaya.
"Pengakuan pelaku baru pertama kali, korbannya adalah teman sekolah pelaku dan teman sekolahnya tahu dia (pelaku) kerja di Diknas," imbuhnya.
3. Pelaku Ngaku Sopir Kadindik Surabaya
Imam mengatakan, pelaku mengaku kepada korban bahwa ia merupakan sopir dari Kadindik Kota Surabaya. Diki menyebut, kedekatannya dengan kepala dinas membuatnya bisa meloloskan anak-anak korban hingga diterima menjadi siswa di SMP Negeri dan SMK Negeri di Surabaya tanpa melalui seleksi PPDB.
"Para korban wajib menyerahkan uang kepada pelaku total nominal sebesar Rp 20 juta, yang mana akan dipergunakan oleh pelaku untuk diserahkan kepada koordinator," kata Imam Mustolih.
Sudah jatuh tertimpa tangga, usai jadi tersangka, kini Diki dipecat. Baca di halaman selanjutnya!
4. Ternyata Pelaku Hanya OB
Dari hasil penyelidikan lebih lanjut, ternyata pelaku merupakan seorang office boy (OB) yang bekerja di Dindik Kota Surabaya.
"Ini murni penipuan. Karena tidak ada keterkaitan dengan Diknas sama sekali. Kebetulan yang bersangkutan bekerja sebagai OB di Diknas," ungkap Imam Mustolih.
5. Terungkap Saat Anak Korban Tak Lolos
Setelah itu, korban percaya dan menyetorkan uang puluhan juta kepada pelaku. Namun, saat pengumuman, nama anak-anak korban tidak masuk ke sekolah tersebut. Selanjutnya, para korban melaporkan kejadian ini ke Polsek Tegalsari.
"Pengakuan sementara, inisiatif dari pelaku (melakukan penipuan)," ujar Imam Mustolih.
6. Pelaku Telah Dipecat
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengaku sudah mengambil langkah tegas dengan memecat pelaku. Sanksi berat pun telah diberikan untuk Diki.
"Diberi sanksi dan diberhentikan," kata Yusuf saat dikonfirmasi, Selasa (25/7/2023).
Yusuf menyebut, oknum tersebut memang pegawai Dindik Surabaya. Namun, statusnya bukan Aparatur Sipil Negara (ASN). Yusuf pun enggan menyebut jabatan pelaku.
"Tenaga kontrak (DA). Oknum itu cleaning service," ujarnya saat ditanya jabatan Diki.
7. Pelaku Juga Tawarkan Masuk SMK Negeri
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut, Diki, tak hanya menjadi calo Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di jenjang SMP saja, namun ternyata di SMK Negeri juga.
Para korban Diki diketahui menyerahkan uang sekitar Rp 20 juta. Sedangkan statusnya di Dispendik Surabaya bukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Namun merupakan tenaga kontrak petugas cleaning service.
"Tidak hanya masukkan ke SMP, ke SMK barang (juga) kok. Itu OS (outsourcing) yang sekarang sudah diamankan di Polsek Tegalsari dan kita sudah keluarkan (dipecat)," kata Eri di Balai Kota, Selasa (25/7/2023).
Eri lalu menegaskan dalam kasus ini, tidak ada ASN yang terlibat. Namun dari kasus ini, ia berharap jadi pembelajaran bagi semua.
Eri juga mengimbau kepada masyarakat Surabaya untuk tidak mentah-mentah mempercayai oknum yang meminta uang. Terlebih dengan modus memasukkan ke sekolah negeri karena kenal dengan pimpinan di dinas.
"Kita bolak balik menghimbau, seluruh warga Surabaya bukan hanya wali murid. Kalau ada tenaga kontrak, masuk sekolah, ojok percoyo (jangan percaya). Malah saya sing ngomong (yang ngomong) kalau ada warga yang dimintai kasih uang, setelah itu laporan ke saya, saya kasih reward," tegasnya.