Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Islam Manyar, Gresik memukul 15 siswinya gegara melanggar aturan membeli jajan di luar sekolah. Pemukulan itu membuat beberapa orang dari 15 siswi itu pingsan.
Akibat aksi pemukulan itu sejumlah siswi yang menjadi korban mengalami trauma. Mereka enggan pergi ke sekolah.
Berikut ini sejumlah fakta aksi pemukulan siswa oleh kepala sekolah:
1. Diminta berbaris sebelum dipukul
Kanit Reskrim Polsek Manyar Iptu Joko Supriyanto mengatakan 15 siswi itu dipukul di dalam sebuah ruangan setelah sebelumnya disuruh berbaris. Saat dalam posisi berbaris itulah mereka kemudian dipukul satu per satu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepala sekolah itu memanggil 15 siswi itu. Kemudian mereka dimasukkan ke ruangan dan disuruh berbaris. Setelah berbaris, mereka dipukul," ujar Joko kepada detikJatim, Kamis (5/1/2022).
2. Empat siswi pingsan setelah dipukul dan dihukum berdiri satu kaki
Joko menambahkan, dalam kejadian itu, empat siswi diketahui pingsan setelah dipukul kepala sekolah.
"Empat yang pingsan," kata Joko.
Dia menyebut berdasarkan keterangan pelapor, kepala sekolah itu memukul kepala para siswi.
"Dari keterangan pelapor, para siswi itu dipukul di bagian kepalanya," lanjut Joko.
Soal 4 siswi yang pingsan Ketua Umum Yayasan Nurul Islam Ali Muchsin itu menyebutkan bahwa selain memukul siswinya AN juga menghukum mereka dengan berdiri satu kaki. Hukuman itulah yang membuat 4 dari 15 siswi pingsan.
"Setelah dipukul, para siswi tidak pingsan. Tapi mereka pingsan setelah menjalani hukuman lain yaitu berdiri dengan satu kaki," ujar Ali.
Ali mengatakan para siswi itu dihukum berdiri satu kaki di lorong masuk sekolah. Saat itulah 4 di antaranya pingsan karena selain kelelahan, mereka memang belum makan.
3. Dipukul dan dihukum karena jajan di luar sekolah
Kepala sekolah memukul 15 siswinya sendiri setelah tahu bahwa siswi itu membeli makanan di luar sekolah.
"Karena siswi itu membeli makanan di luar sekolah," ujar Kanit Reskrim Polsek Manyar Iptu Joko Supriyanto kepada detikJatim.
Joko mengatakan saat itu 15 siswi kelas 9 itu sedang membeli makanan di kantin yang berada di luar lingkungan sekolah. Padahal, pihak sekolah telah mengeluarkan larangan bagi para murid untuk membeli makanan di kantin di luar sekolah.
Ketua Umum Yayasan Nurul Islam Ali Muchsin membenarkan itu. Para siswa itu memang membeli makanan di kantin SMK yang ada di sebelah MTs. Sementara MTs sendiri telah melarang siswanya jajan di kantin SMK tersebut.
"Para siswi ini membeli makanan di kantin SMK. Tapi belum sempat makan mereka dipanggil kepala sekolah. Lha kami memang punya aturan para siswi atau siswa MTs dilarang membeli makanan di kantin SMK. Takutnya terjadi yang tidak diinginkan. Sebenarnya ada pembatas tembok, tapi pembangunan sekolah ini belum 100 persen. Jadi pembatas antara sekolah SMK dan MTS belum ada," kata Ali
Karena melihat para muridnya membeli jajan di luar, AN memanggil para siswi itu dan disuruh masuk ke sebuah ruangan kosong. Di sana para siswi itu disuruh berbaris dan dipukul oleh AN.
Sejumlah siswa mengalami trauma hingga kepala sekolah dipecat. Baca di halaman selanjutnya.
4. Sejumlah siswa mengalami trauma
Apa yang dilakukan Kepala Sekolah AN membuat trauma para siswi. Mereka trauma dan enggan bersekolah. Alasannya, korban takut AN akan kembali melakukan kekerasan.
"Setelah peristiwa itu terjadi, para siswa yang menjadi korban tidak masuk sekolah karena takut. Bahkan, sehari setelah peristiwa itu, 8 dari 15 siswa memilih tidak masuk sekolah. Bahkan, hari ini, ada dua lagi yang gak masuk," ujar Ketua Umum Yayasan Nurul Islam Ali Muchsin.
Pihak yayasan mengatakan AN mengakui jika telah memukul para siswi yang melanggar aturan sekolah. Ketua yayasan menyebutkan bahwa AN mengaku emosi dan seperti kesurupan sehingga tak bisa mengontrol aksinya.
"Kami sudah panggil yang bersangkutan (AN). Ia juga sudah mengakui jika memang memukul para siswi itu. Saat itu, AN merasa sangat emosi seperti kesurupan sehingga tidak dapat mengontrol emosinya," ujarnya.
5. Dipecat sebagai kepala sekolah
Ali mengatakan AN telah meminta maaf kepada yayasan telah melakukan kekerasan terhadap para siswi. Ali mengatakan kejadian tersebut terjadi pada Selasa (3/1). Namun ia baru mengetahui kejadian tersebut keesokan harinya.
"Kejadiannya itu Selasa. Tapi kita baru tahu hari Rabunya," kata Ali.
Begitu menerima kabar itu, ia bersama beberapa guru termasuk wali kelas mendatangi satu per satu para korban. Kedatangan pihak sekolah dilakukan itu untuk meminta maaf secara langsung kepada keluarga dan siswi yang menjadi korban pemukulan.
Kabar bagusnya, lanjut Ali, silaturahmi itu diterima dengan baik oleh pihak keluarga korban. Wali murid dan korban pun mau memaafkan.
"Waktu kita silahturahmi, pihak keluarga korban sudah memaafkan. Tapi mereka meminta kepala sekolah dikeluarkan," kata Ali.
Pihak yayasan juga mengeluarkan kepala sekolah tersebut. Ia akan digantikan Plt Kepala Sekolah yang baru bernama Luluk Mufidah.
"Setelah kunjungan ke rumah siswa, pihak yayasan mengeluarkan keputusan forum rapat tertinggi merespon keluhan para korban yang mengalami trauma pasca-kejadian pemukulan. Pihak yayasan memutuskan untuk memberhentikan AN menjadi kepala sekolah per hari ini," tambah Ali.
6. Dilaporkan ke polisi
Sejumlah orang diduga orang tua wali murid MTs yang menjadi korban pemukulan melaporkan aksi Kepala Sekolah AN kepada pihak kepolisian.
"Kami sudah terima laporannya, tapi itu semua keterangan dari pihak pelapor saja," kata Kanit Reskrim Polsek Manyar Iptu Joko Supriyanto.
Untuk itu, kata Joko, pihaknya akan memanggil kedua belah pihak untuk memberikan keterangan. Jika memang nantinya tetap diselesaikan secara hukum, pihaknya akan meneruskan kasus tersebut ke Polres Gresik.
"Kalau memang tidak bisa diselesaikan, kita akan limpahkan ke Polres Gresik. Karena yang bisa menangani adalah PPA," tutup Joko.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News