Rabu, 5 Maret 2008, Achmad Syaihu (48) memberitahu tetangga bahwa ibunya Siti Aisyah (73) telah meninggal dunia. Warga lantas berduyun-duyun mengurus jenazah itu dan menyiapkan pemakamannya.
Kabar duka yang mendadak itu sempat membuat warga dan tetangga kaget. Sebab sebelumnya, Siti Aisyah masih sehat-sehat saja. Kecurigaan warga semakin kuat saat memandikan korban.
Di tubuh korban ditemukan sejumlah tanda-tanda penganiayaan. Seperti mata dan dada lebam dan hidung mengucurkan darah. Tak hanya itu, saat jenazah diangkat juga terdengar bunyi tulang yang patah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum dimakamkan, warga diam-diam berembug untuk melaporkan temuan itu ke Polsek Mulyorejo. Sejumlah saksi kemudian diperiksa, termasuk tetangga yang mengetahui kondisi korban sebelum meninggal dunia.
Dalam keterangan saksi, polisi menemukan informasi bahwa korban sempat berteriak minta tolong saat menjelang subuh. Namun setelah itu, suara korban tak terdengar lagi. Saat itu, tetangga mengira korban terjatuh di kamar mandi.
Baca juga: Dendam Membara, Cucu Bunuh Kakek di Surabaya |
Tak hanya itu, di rumah korban, sesaat sebelum terdengar teriakan minta tolong, tetangga mendengar suara bisik-bisik dari dalam rumah. Tetangga yang sedang menyapu halaman curiga kemudian mengetuk pintu, namun tak dibuka oleh Syaihu.
Baru pada pukul 05.05 WIB, Syaihu keluar dan menyapa tetangganya. Saat ditanya terkait teriakan korban, Syaihu menjawab ibunya masih tidur. Namun pada pukul 07.00 WIB, Syaihu tiba-tiba mengabarkan kepada warga bahwa ibunya telah meninggal dunia.
Keterangan-keterangan itu oleh polisi kemudian dirangkai. Untuk memastikan bahwa Aisyah meninggal karena pembunuhan. Sekitar pukul 17.00 WIB, polisi membongkar makam korban. Hasilnya, ada sejumlah tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.
Tak lama, polisi mengamankan Syaihu, anak korban. Saat diperiksa sekitar satu jam, Syaihu kemudian mengakui semua pembunuhan tersebut.