Tewasnya santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) berinisial AM (17) meninggalkan pilu bagi keluarga korban. Ibu AM, Soimah menceritakan kisah sedihnya. Ia bercerita, usai sepeninggal putranya, ia baru memahami maksud perkataan anaknya yang ingin memperbaiki sistem pondok.
Kisah pilunya ini diunggah di instagram pribadinya, usai ia menerima takziah dari Pimpinan Ponpes Gontor. Soimah menegaskan akan terus melanjutkan perjuangan anaknya. Sebab, ia pernah mendengar perkataan almarhum anaknya yang menceritakan ingin memperbaiki sistem pondok.
"Saya sebagai seorang ibu dari Albar Mahdi tetap terus akan melanjutkan perjuangan anak saya. Karena sebelum anak saya meninggal almarhum selalu berceloteh kepada saya, yang ingin memperbaiki sistem ponpes," papar Soimah seperti yang dilihat detikJatim di instagram @soimah_didi, Selasa (13/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, ia baru memahami maksud dari perkataan tersebut. Ternyata, sang anak ingin memperbaiki sistem pondok agar tidak lagi terjadi kekerasan di lingkup pondok.
"Rupanya dengan meninggalnya almarhum baru saya bisa mengerti maksud celotehan tersebut adalah untuk memperbaiki sistem agar tidak terjadi tindakan kekerasan di lembaga pendidikan mana pun dan pengalihan pengasuhan dan pengawasan kepada senioritas," lanjut Soimah.
Soimah menceritakan pimpinan Ponpes Gontor bersama 16 orang lainnya sempat takziah ke rumah santri AM di Palembang. Kunjungan ini dilakukan pada Jumat (9/9/2022) dan diterima keluarga almarhum.
Sementara itu, Soimah mengatakan, tak hanya bertakziah, rombongan dari Gontor juga melakukan ziarah ke makam AM. Meski demikian, lanjut Soimah, persoalan kematian anaknya sudah masuk proses hukum. Maka ia akan tetap akan melanjutkan upaya untuk menuntut keadilan.
"Masalah ini sudah memasuki ranah hukum,maka saya tetap akan melanjutkan proses hukum tersebut untuk menuntut keadilan yang sesungguhnya untuk anak saya Albar Mahdi,"
Ia pun mengungkapkan kisah sedihnya. Soimah mengaku tak terima ada pihak-pihak yang berusaha menutupi kasus ini dan menghilangkan barang bukti. Hingga akhirnya, ia harus menyetujui proses autopsi korban yang menurutnya sangat berat dilakukan.
"Begitupun kepada pihak-pihak yang terlibat yang mencoba menghilangkan bukti-bukti, menutup-nutupi atas peristiwa penganiayaan terhadap anak saya, sehingga anak saya harus menjalani autopsi, ekshumasi dan saya sebagai seorang ibu untuk menyetujui proses autopsi, ekshumasi tersebut benar-benar sangat membuat batin saya terguncang," tambahnya.
Soimah didatangi dua pimpinan Ponpes Gontor. Baca halaman selanjutnya!
Pada kesempatan ini, Soimah mengucapkan terima kasih atas takziah dan ziarah yang dilakukan pihak Ponpes Gontor.
"Pimpinan Gontor ke kediaman rumah saya dengan bertakziah bersama saya dan keluarga besar dan juga pada sore harinya telah melakukan ziarah ke makam anak saya Albar Mahdi. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya," imbuhnya.
Soimah kemudian menyebut, takziah dan ziarah yang dilakukan Pondok Gontor merupakan aksi nyata untuk menghibur dan berbelasungkawa. Sebab apa yang dialaminya merupakan suatu cobaan.
"Tujuan mereka mengunjungi saya dan keluarga dapat saya maknai adalah suatu bentuk tindakan yang nyata kepada keluarga kami yaitu untuk menghibur dan mengucapkan belasungkawa agar keluarga kami bersabar dalam menghadapi cobaan yang sedang kami alami," jelasnya.
Sebelumnya, Juru bicara Pondok Modern Darussalam Gontor, Noor Syahid mengatakan, rombongan berangkat dari Bandara Juanda Surabaya menuju ke Palembang, Jumat (9/9/2022). Mereka ingin takziah sekaligus mengucapkan duka kepada keluarga santri AM.
"Dua pimpinan pondok, Drs KH Muhammad Akrim Mariyat dan Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi berangkat ke Palembang," tutur Noor.
Noor mengatakan, rombongan flight pukul 10.00 WIB dan landing pukul 11.30 WIB. Rombongan pun langsung menuju rumah santri AM yang meninggal dunia akibat penganiayaan seniornya.
"Mengucapkan duka, kehilangan salah satu santri terbaik, sekaligus permintaan maaf atas kejadian ini," terang Noor.