Tak ada angin, tak ada hujan, Soimah mengaku seperti tersambar petir kala mendengar kabar kematian anaknya. Warga Palembang, Sumatra Selatan ini tak kuasa menahan tangis saat tahu anaknya meninggal dengan cara tak wajar saat menimba ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo.
Soimah pun bingung harus mengadu pada siapa. Akhirnya, ia menceritakan kisah pilunya pada pengacara kondang Hotman Paris. Video tangis Soimah yang pecah pun viral hingga memantik pihak Gontor buka suara. Kini, kasus meninggalnya seorang santri berinisial AM (17) ini tengah didalami polisi.
Sejauh mana pengungkapan kasus ini? detikJatim menghimpun 7 fakta terbarunya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Polisi Kantongi Dua Nama Pelaku
Polisi telah melakukan olah TKP dan juga memeriksa 11 saksi di kasus santri tewas diduga dianiaya di Ponpes Gontor. Polisi menyebut terduga pelaku adalah dua santri senior.
"Ada dua santri, domisili luar pulau Jawa," ujar Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo kepada wartawan, Selasa (6/8/2022).
Polisi sendiri belum bisa mengkonfrontasi keterangan terhadap terduga pelaku. Karena pelaku sudah dipulangkan ke rumah masing-masing oleh pihak Ponpes Gontor.
2. Barang Bukti Pentungan Diamankan
Usai melakukan olah TKP kasus tewasnya santri asal Palembang, polisi menyita berbagi barang bukti. Catur menyebut, barang bukti yang diamankan yakni pentungan, air mineral, minyak kayu putih hingga becak.
"Ada barang bukti yang diamankan ada pentungan, air mineral, minyak kayu putih, becak," imbuh Catur.
Apa motif yang buat pelaku aniaya korban? Baca di halaman selanjutnya!
3. Motif Diduga Karena Salah Paham
Polisi menguak motif di balik tewasnya santri ponpes Gontor yang diduga dianiaya dua seniornya. Salah paham menjadi motif dalam kasus tersebut.
"Karena ada salah paham, kekurangan alat pramuka," ujar Catur.
Catur mengatakan olah TKP salah satunya memang dilakukan di lokasi tempat pramuka di dalam pondok. Dan penyebab penganiayaan karena ada salah paham soal kekurangan alat pramuka.
Namun Catur enggan mengatakan lebih detil terkait salah paham tersebut dan soal alat apa yang kurang. "Untuk motif lebih lengkapnya nanti," kata Catur.
4. Sebanyak 50 Adegan Diperagakan
Catur menambahkan, olah TKP dan pra rekonstruksi dilakukan Satreskrim Polres Ponorogo mulai pagi hingga siang hari. Hasilnya ada 50 adegan diperagakan.
"Poin-poinnya yang paling parah seperti penjemputan dan kegiatan sampai meninggal dunia di IGD sudah kita rangkum," terang Catur.
5. Polisi akan Koordinasi dengan Keluarga Korban
Polisi menyebut pihaknya akan berkoordinasi dengan keluarga korban. Mereka rencananya akan terbang ke Palembang.
"Tim besok berangkat ke Palembang, untuk berkoordinasi dengan pihak keluarga dalam proses autopsi," ujar Catur.
Awal terbongkarnya kasus ini, baca halaman selanjutnya!
6. Polisi Minta Ada Pengawasan Ketat di Pondok
Catur pun mengimbau kepada wali santri agar kejadian serupa tidak terulang harus ada pengawasan ketat dan berjenjang dari pondok.
"Harus ada pengasuh yang melekat dan mengawasi, bagaimanapun juga lembaga pendidikan pasti ada waktu luang dan rawan, sehingga ada tindakan senioritas," papar Catur.
Ditanya soal adanya kelalaian dalam kasus ini, Catur menerangkan, korban sempat dibawa ke IGD namun nyawanya tidak tertolong.
"Kami terus berkomunikasi dengan ibu korban, doakan semoga semua cepat terungkap dan selesai," pungkas Catur.
7. Kronologi Meninggalnya Korban
Sebelumnya, seorang ibu bernama Soimah mengaku anaknya bernama AM (17) meninggal pada 22 Agustus 2022 lalu, pukul 06.45 WIB. Dan dia baru mendapat kabar 3 jam setelahnya, tepatnya pada pukul 10.00 WIB. Soimah menduga putranya yang mondok di Ponpes Gontor itu tewas karena dianiaya.
Dia berharap kasus kematian anaknya dapat diusut tuntas. Dia pun menjelaskan alasan belum berani melaporkan ke polisi karena kasus ini bersangkutan dengan lembaga besar. Akhirnya, ia mengadu ke Hotman Paris hingga video aduannya viral.
"Meninggalnya karena dianiaya, saya belum berani melapor karena urusannya kan dengan lembaga besar, jadi saya mohon bapak bantu kami," ungkap Soimah sambil terus menangis.
Anak Soimah saat ini sudah dimakamkan, namun Soimah menyebut ada kejanggalan pada kematian anaknya itu.
"Saat dimakamkan kafannya ada darah, dan ganti kafan sebanyak dua kali," kata salah seorang kerabat Soimah di lokasi.