Bos SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) juga tersandung kasus eksploitasi ekonomi, selain kekerasan seksual pada muridnya, Rabu (13/7/2022). Polisi melakukan olah TKP dan menemukan 12 titik yang diduga menjadi tempat eksploitasi ekonomi.
Informasi yang dihimpun detikJatim, dalam kasus eksploitasi ekonomi ini, para siswa diminta untuk bekerja. Namun, mereka mengaku tak pernah mendapatkan gaji semestinya.
Bahkan saat masih jam pelajaran, para siswa diminta tetap melayani tamu hotel hingga wahana yang dimiliki SPI.
Dalam olah TKP ini, polisi juga menggandeng dua saksi korban. Para saksi menunjukkan langsung titik-titik di mana mereka dieksploitasi.
"Sesuai keterangan saksi korban dan telah diverifikasi Ketua Yayasan yang mendampingi (Proses olah TKP) ada. 12 Titik yang sudah diverifikasi dan diduga sebagai tempat eksploitasi ekonomi," ujar Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Totok Suhariyanto saat melakukan olah TKP.
Sebanyak 12 titik yang diduga menjadi tempat eksploitasi ekonomi itu yakni berada di kantor marketing, sejumlah wahana yang menjadi tempat berkunjung tamu dan di beberapa fasilitas umum sekolah.
Dalam proses penyelidikan, petugas kepolisian juga menemukan sejumlah dokumen yang salah satunya berkaitan dengan nama siswa di tahun 2008 sampai 2010. Sejumlah dokumen lain akan menjadi bukti dalam penyelidikan hingga penyidikan nanti.
"Kita akan melakukan tahap klarifikasi lanjutan di Polda Jatim. Karena ini masih tahap penyelidikan. Untuk kelanjutannya nanti dikabarkan," kata Totok.
Kasus dugaan eksploitasi ekonomi terhadap siswa yang dilakukan kepada terdakwa kekerasan seksual JE ini pertama kali ditangani oleh Polda Bali kemudian dilimpahkan ke Ditreskrimum Polda Jatim pada 26 April 2022.
Terpisah, penasihat hukum saksi korban, Kayat Harianto mengatakan ada dua saksi korban berinisial OL dan WY yang hadir dalam olah TKP tersebut. Ia menyebut eksploitasi ekonomi itu dilakukan secara massal sejak tahun 2009.
Siswa SPI kerap dipaksa bekerja tanpa dibayar, di halaman selanjutnya!
(hil/fat)