Wiwin (34) tak sedikit pun menyangka, ajakan suaminya untuk berjalan-jalan ke mal hari itu harus digagalkan peristiwa tragis. Bagaimana tidak, suaminya, Sabar (37), bos rongsokan di Tenggulunan, Candi, Sidoarjo ditembak orang tak dikenal, sesaat usai ia mengajak Wiwin dan anaknya jalan-jalan ke mal.
Penembakan itu terjadi ketika Wiwin baru saja selesai dandan. Sang suami memintanya untuk tampil cantik. Ia sudah memakai baju terbaiknya dan hendak memenuhi ajakan suaminya untuk berjalan-jalan.
Peristiwa penembakan itu terjadi Senin (27/6/2022) malam sekitar pukul 20.00 WIB. Lokasinya di rumah sekaligus tempat barang rongsokan di bawah fly over di sebelah barat Pasar Larangan. Terdengar suara letusan sebanyak 2 kali. Korban diduga ditembak dalam jarak dekat hingga mengalami luka cukup parah.
"Waktu itu saya di kamar, habis Salat Isya. Mas (Sabar) itu masuk. 'Ayo jalan-jalan.' Dia ngajak ke mal. Saya bilang ngapain jalan-jalan nanti capek, besok masih kerja lagi. 'Ayo wis diluk ae.' Begitu katanya. Nah, saya posisi pakai mukena waktu itu. 'Ya wis pakai baju, dandano sing cantik. Tak tunggu di luar, ya,' begitu," ujar Wiwin ditemui di RSUD Sidoarjo, Rabu (29/6/2022).
Setelah mendapat ajakan itu, Wiwin menuruti suaminya dengan dandan di dalam kamarnya. Sementara Sabar suaminya menunggu di luar. Wiwin mengira suaminya itu nongkrong bersama anak buahnya. Karena biasanya memang seperti itu. Dia tidak mengira saat menunggu dirinya dandan, suaminya itu ternyata sedang duduk sendiri di dekat mobil.
"Biasanya nongkrong sama anak-anak, anak buahnya maksudnya. Kan, kami buka usaha rongsokan. Nah kenapa kok mas (waktu) itu nongkrong sendirian. Duduk di dekat mobil. Saya nutup pintu kamar mau keluar, enggak tahunya sudah ada bunyi petasan itu. Dua kali. Saya kira petasan waktu itu. Soalnya anak-anak kecil di sana biasanya main petasan," ujarnya.
Setelah mendengar bunyi letusan itulah, Wiwin langsung mengingat anaknya yang memang takut dengan suara keras petasan. Karena itu, ia buru-buru keluar dari rumah bermaksud hendak menghardik anak yang memainkan petasan.
"Anak saya takut sama petasan. Makanya saya cepat-cepat keluar sambil ngomel, 'laopo sih bengi-bengi main mercon!' Terus ternyata, anak saya teriak 'bunda, bunda. Ayah, bunda!' lho kenapa nak ayah kenapa? Saya ngampirin ternyata Mas Sabar sudah tergeletak. Saya teriak-teriak minta tolong saya rangkul, Ternyata sadar. Saya akhirnya minta tolong tetangga nyupiri mobil itu ke rumah sakit. Alhamdulilah bisa langsung ditangani," ujarnya.
Wiwin mengisahkan memang ada sejumlah hal-hal ganjil sebelum suaminya ditembak. Saat suaminya menjadi perangkat desa, suaminya pernah diteror orang dengan dilempari bondet.
"Dulu Mas Sabar ini perangkat desa. Orang-orang itu senang sama mas. Suka menolong, sampai mau tombok. Nah dengar-dengar lagi, ada yang ngomong, Mas Sabar itu mau dicalonkan menjadi kades. Gitu katanya. Nah mungkin karena itu kemudian musuh jadi emosi. Mulai itu ada ancaman-ancaman," kata Wiwin.
Sejak terdengar isu bahwa Sabar hendak dicalonkan menjadi kades itulah mulai muncul ancaman yang diterima Sabar. Wiwin tidak menyebutkan ancaman itu berupa apa. Hingga akhirnya suatu hari, beberapa orang melemparkan bondet (bom ikan) ke rumah Sabar.
"Itu sekitar 2016 lalu. Dua kali dilempar pakai bondet. Malam-malam. Untungnya waktu itu Mas Sabar cuma kena serpihannya saja. Jadi itu malam dilempar bondet, terus siangnya bawa massa ke rumah Mas Sabar," katanya.
Teror itu datang dari seseorang berinisial E yang menurut Wiwin memang tidak menyukai Sabar yang dielu-elukan oleh warga. Hingga muncul tuduhan yang menurut Wiwin adalah fitnah, bahwa Sabar telah menggoda istri E.
"Padahal enggak. Waktu itu Mas Sabar lo enggak pegang HP 2 hari. Terus ada yang pakai buat SMS ke nomor istrinya Mas E. Gara-gara itu pernikahan Mas Sabar sama istri sebelumnya bubar," ujar Wiwin.
(hil/fat)