Menyusuri Jejak WR Soepratman di Rumah Singgah Tambaksari Surabaya

Menyusuri Jejak WR Soepratman di Rumah Singgah Tambaksari Surabaya

Fadya Majida Az-Zahra - detikJatim
Minggu, 14 Des 2025 07:00 WIB
Menyusuri Jejak WR Soepratman di Rumah Singgah Tambaksari Surabaya
Museum WR Soepratman. Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
Surabaya -

Diresmikan pada 10 November 2018 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini, Museum WR Soepratman kini menjadi saksi bisu perjuangan akhir sang komponis kebangsaan.

Bangunan sederhana ini dulunya merupakan rumah tempat WR Soepratman menghabiskan masa-masa terakhir hidupnya, sekaligus lokasi bersejarah yang menyimpan perjalanan panjang sebelum ia wafat pada 17 Agustus 1938.

Rumah yang terletak di Jalan Mangga No 21, Tambaksari, ini menjadi tempat persembunyian Soepratman, setelah ia kerap berpindah-pindah untuk menghindari penangkapan aparat kolonial akibat aktivitas politik serta karya-karya musiknya yang bersifat nasionalis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menetap di Surabaya, ia sempat tinggal di Batavia, Cimahi, hingga Pemalang, berpindah dari satu tempat ke tempat lain demi mengelabui kejaran Pemerintah Hindia Belanda.

Pada 1937, Soepratman memutuskan tinggal bersama kakaknya, Roekiyem Soepratijah, di Surabaya. Di rumah berdinding sederhana inilah ia akhirnya menemukan tempat bernaung, meskipun kesehatannya terus menurun akibat tekanan, penahanan, dan penyiksaan yang dialaminya selama perjuangan.

ADVERTISEMENT

Sejarah Rumah Singgah WR Soepratman

Rumah mungil berukuran sekitar 5x10 meter ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan persembunyian yang membantu menyelamatkan sang komponis dari kejaran penjajah.

Setelah menciptakan lagu "Indonesia Raya" pada 1928, Soepratman menjadi sorotan dan target aparat kolonial. Aktivitas jurnalistik serta karya-karya musiknya yang bersifat revolusioner membuat posisinya semakin terancam.

museum wr supratmanPeresmian Museum WR Supratman Foto: Amir Baihaqi

Soepratman sempat dipenjara di Kalisosok sebelum dipulangkan dalam kondisi kesehatan memburuk. Meski sakit-sakitan, semangat perjuangan Soepratman tidak pernah padam.

Ia tetap menulis, berkarya, dan berkontribusi dalam gerakan kebangsaan hingga akhirnya tutup usia pada 17 Agustus 1938, tanggal yang kemudian menjadi hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tujuh tahun setelah kepergiannya.

Banyak catatan sejarah menyebutkan Soepratman meninggal akibat gangguan jantung, namun kondisi tubuhnya diyakini semakin melemah karena tekanan dan penyiksaan selama penahanan.

Soepratman wafat di kamar bagian depan rumah tersebut, sebuah ruangan dengan pintu akses unik melalui jendela depan yang konon digunakan untuk mengelabui mata-mata Belanda.

Transformasi Menjadi Museum dan Cagar Budaya

Rumah yang semula milik kakaknya itu dahulu hanya dihuni empat orang. Setelah keluarga Soepratman meninggalkan rumah tersebut pada masa revolusi, kepemilikannya sempat berpindah tangan. Pemerintah Kota Surabaya kemudian mengambil alih bangunan ini dan menetapkannya sebagai Bangunan Cagar Budaya.

Pengunjung mengambil gambar pakaian milik WR Supratman yang dipajang di Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/2/2020). Bekas rumah tinggal WR Supratman selama di Surabaya yang dijadikan museum tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu tempat rujukan untuk mengenal sosok pencipta lagu Indonesia Raya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj.Tampak depan museum WR Soepratman Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Revitalisasi besar dilakukan hingga akhirnya pada 10 November 2018, tempat ini resmi dibuka sebagai Museum WR Soepratman. Lokasinya yang berada tidak jauh dari Stadion Gelora 10 November membuat museum ini mudah dijangkau, dan menjadi salah satu destinasi edukatif penting di Kota Pahlawan.

Koleksi Museum WR Soepratman

Meski ukurannya tidak luas, museum ini menyimpan 39 koleksi yang merekam perjalanan hidup sang maestro. Ruang tamu museum dipenuhi foto-foto dokumentasi WR Soepratman bersama keluarga dan sahabat dekat, menghadirkan nuansa personal yang dekat dengan pengunjung.

Salah satu koleksi paling ikonik adalah replika biola milik WR Soepratman, alat musik bersejarah yang menjadi saksi lahirnya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Koleksi ini tidak hanya memperlihatkan benda bersejarah, tetapi juga menghidupkan cerita perjalanan musisi legendaris tersebut.

Pengunjung mengamati duplikat biola milik WR Supratman yang dipajang di Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/2/2020). Bekas rumah tinggal WR Supratman selama di Surabaya yang dijadikan museum tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu tempat rujukan untuk mengenal sosok pencipta lagu Indonesia Raya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj.Replika biola milik WR Soepratman Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Museum juga menampilkan replika pakaian, zona memorabilia, serta zona penghargaan dari pemerintah Indonesia sebagai penghargaan atas dedikasi Soepratman dalam dunia musik dan perjuangan bangsa. Koleksi ini memberi pengunjung wawasan lebih dalam tentang perjalanan hidup sang maestro dan kontribusinya.

Di halaman depan museum, berdiri patung WR Soepratman sedang memainkan biola, simbol abadi yang menegaskan bagaimana musik menjadi kekuatan perlawanan dan inspirasi dalam sejarah perjuangan bangsa. Patung ini sekaligus menjadi titik ikonik bagi pengunjung untuk mengenang jasanya.

Informasi Kunjungan Museum WR Soepratman

Museum WR Soepratman, yang juga dikenal sebagai Rumah Wafat WR Soepratman, berlokasi di Jl Mangga No 21, Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur 60136, dekat Stadion Gelora 10 November.

Museum ini dikelola Pemerintah Kota Surabaya dan menawarkan tiket masuk gratis bagi seluruh pengunjung. Jam operasional museum adalah Selasa hingga Minggu pukul 08.00-15.00 WIB, sementara pada hari Senin museum tutup.

Pengunjung mengambil gambar pakaian milik WR Supratman yang dipajang di Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/2/2020). Bekas rumah tinggal WR Supratman selama di Surabaya yang dijadikan museum tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu tempat rujukan untuk mengenal sosok pencipta lagu Indonesia Raya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj.Tampak dalam museum WR Soepratman Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Museum WR Soepratman menjadi destinasi yang tepat bagi yang ingin menelusuri sejarah musik Indonesia dan mengenal lebih dekat sosoknya. Kunjungan ke museum ini tidak hanya memberikan wawasan tentang perjalanan hidup sang maestro, tetapi menginspirasi untuk menghargai peran musik.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads