Candi Singasari Malang, Situs Cagar Budaya dengan Nilai Historis Tinggi

Candi Singasari Malang, Situs Cagar Budaya dengan Nilai Historis Tinggi

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Kamis, 27 Nov 2025 19:30 WIB
Candi Singosari
Candi Singasari di Malang. Foto: Putu Intan/detikcom
Malang -

Candi Singasari merupakan salah satu peninggalan bersejarah paling ikonik di Kabupaten Malang. Struktur batu andesitnya yang menjulang dengan bentuk menyerupai cungkup membuat bangunan ini mudah dikenali dan selalu berhasil menarik perhatian wisatawan.

Selain itu, Candi Singasari juga menjadi objek kajian penting bagi para peneliti karena hubungannya dengan Kerajaan Singasari, salah satu kerajaan berpengaruh di Jawa Timur pada abad ke-13.

Terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, candi ini bukan hanya menjadi destinasi wisata populer, tetapi juga rujukan utama untuk menelusuri perkembangan politik, budaya, hingga kehidupan spiritual Jawa pasca-Kediri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokasi, struktur bangunan, dan keterkaitannya dengan sosok raja seperti Kertanegara menjadikan Candi Singasari sebagai monumen dengan nilai historis yang sangat tinggi. Yuk, simak jejak sejarah Candi Singasari di Malang.

Jejak Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari

Literatur tradisional Jawa mencatat bahwa Kerajaan Singasari-yang sebelumnya dikenal sebagai Tumapel, berkaitan erat dengan tokoh-tokoh besar seperti Ken Arok sebagai pendiri dinasti dan Kertanegara sebagai raja terakhir yang paling dikenal.

ADVERTISEMENT

Nama mereka diabadikan dalam sejumlah prasasti serta karya sastra klasik seperti Negarakertagama dan Pararaton. Candi Singasari yang berdiri di Kabupaten Malang dianggap sebagai salah satu bukti fisik utama dari masa kejayaan ini.

Candi SingosariCandi Singosari di Kabupaten Malang Foto: Putu Intan/detikcom

Para ahli memperkirakan bahwa Candi Singasari berfungsi sebagai tempat pendharmaan bagi Raja Kertanegara yang wafat akibat pemberontakan Jayakatwang. Meski begitu, candi ini bukan satu-satunya peninggalan yang bercerita tentang kejayaan Singasari.

Candi Jago diyakini dibangun sebagai penghormatan terhadap Raja Wisnuwardhana, sementara Candi Kidal didedikasikan untuk Raja Anusapati. Sejumlah prasasti seperti Prasasti Mula Malurung dan Prasasti Wurare turut memperkaya rekonstruksi sejarah melalui informasi tentang silsilah, kebijakan politik, hingga praktik keagamaan bercorak sinkretis yang dianut Kertanegara.

Sejarah Candi Singasari juga beririsan dengan masa awal berdirinya Majapahit. Setelah Singasari tumbang, dinamika politik dan perebutan kekuasaan mengantarkan Raden Wijaya, menantu Kertanegara, mendirikan Kerajaan Majapahit.

Karena hubungan inilah Candi Singasari sering dianggap sebagai monumen penting yang menandai fase peralihan antara dua kerajaan besar di Jawa. Peninggalan ini sekaligus mencerminkan perkembangan seni, agama, dan struktur kekuasaan pada masa tersebut.

Arsitektur, Relief, dan Keunikan Candi

Secara arsitektural, Candi Singasari menonjol dengan bangunan yang tampak bertingkat dan menjulang tinggi, memberikan kesan monumental meski ukurannya tidak sebesar beberapa candi lain di Jawa Timur.

Bahan batu andesit, teknik penyusunan batu, serta bukaan pada sisi Candi Singasari mencerminkan perpaduan unsur Hindu-Buddha yang berkembang di Pulau Jawa pada era itu.

Arca di Candi SingosariArca di Candi Singosari Foto: Putu Intan/detikcom

Di area sekitar candi, terdapat arca dvarapala berukuran besar yang berdiri sebagai penjaga gerbang. Penempatan arca tersebut diyakini menandakan keberadaan kompleks kerajaan atau area suci yang lebih luas pada masa lampau.

Keberadaan arca, relief, hingga fragmen prasasti yang ditemukan di lokasi memberikan petunjuk penting mengenai fungsi candi sebagai tempat peringatan atau caitya bagi tokoh-tokoh kerajaan.

Status Cagar Budaya dan Upaya Pelestarian

Candi Singasari merupakan salah satu situs bersejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Pemugaran pertama kali dilakukan pada masa kolonial sekitar tahun 1934, meskipun prosesnya tidak sepenuhnya selesai karena masih banyak batu yang belum dapat disusun kembali.

Hingga saat ini, upaya konservasi Candi Singasari terus berlanjut. Pemerintah bersama instansi terkait menerapkan pendekatan yang lebih sistematis dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian candi ini bagi generasi mendatang.

Candi SingosariCandi Singosari Foto: Putu Intan/detikcom

Pengelolaan kawasan cagar budaya ini memerlukan perhatian serius agar tidak rusak akibat tingginya aktivitas wisatawan. Dengan tata kelola yang tepat, Candi Singasari dapat menjadi sarana edukasi sejarah bagi generasi muda sekaligus destinasi wisata budaya yang tetap lestari.

Candi Singasari bukan sekadar bangunan kuno, melainkan arsip monumental yang menyimpan kisah penting perjalanan sejarah Nusantara. Melalui arsitektur, relief, dan konteks sejarahnya, candi ini menggambarkan kompleksitas politik, perkembangan spiritual, serta dinamika kebudayaan Jawa pada abad ke-13.

Sebagai penanda masa transisi dari Kerajaan Singasari menuju Majapahit, Candi Singasari menjadi warisan tak ternilai yang terus relevan untuk dipelajari dan dilestarikan. Keberadaannya tidak hanya menghubungkan masa lalu dengan masa kini, tetapi juga mengingatkan pentingnya menjaga identitas dan sejarah bangsa.

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads