Megahnya Rumah Gajah Mungkur Gresik yang Berusia Lebih dari Seabad

Round Up

Megahnya Rumah Gajah Mungkur Gresik yang Berusia Lebih dari Seabad

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Minggu, 21 Sep 2025 10:00 WIB
Rumah Gajah Mungkur di Gresik
Rumah Gajah Mungkur (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Di tengah padatnya kawasan perkotaan Gresik, berdiri megah sebuah rumah berusia lebih dari seabad. Rumah itu dikenal dengan nama Rumah Gajah Mungkur, sebuah bangunan heritage yang menyimpan kisah perdagangan, tamu agung, hingga jejak perjuangan leluhur Jawa tempo dulu.

Rumah Gajah Mungkur terletak di Jalan Nyai Ageng Arem-arem Nomor 38, Kecamatan Gresik. Bangunan ini didirikan oleh Hadji Djaelan bin Oemar sejak tahun 1896 dan baru selesai serta ditempati pada tahun 1901.

"Dibangun oleh buyut saya sejak 1896, tapi baru ditempati 1901 sampai sekarang," kata Akhmad Choiri, salah satu keturunan Hadji Djaelan, Rabu (17/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Gajah Mungkur di GresikRumah Gajah Mungkur di Gresik Foto: Jemmi Purwodianto

Rumah berusia 124 tahun ini terdiri atas dua bangunan. Salah satunya digunakan sebagai rumah singgah bagi para tamu yang datang, sementara bangunan utama memiliki dua lantai dan pos penjagaan. Pos tersebut dahulu dipakai untuk memantau kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan.

ADVERTISEMENT

"Jadi yang rumah ini dulu itu dibuat tempat tinggal sampai sekarang. Terdapat sembilan kamar, untuk lantai atas dibuat sarang walet. Itu juga ada pos penjagaan yang saat itu dijaga oleh petugas dengan senjata dan digunakan untuk memantau jika ada kapal yang bersandar di pelabuhan," tambahnya.

Choiri menuturkan, rumah bercat merah yang ada di samping merupakan bangunan khusus untuk tamu-tamu buyutnya.

"Untuk rumah yang warna merah itu dulu untuk rumah singgah tamu-tamu buyut saya. Sekarang sudah diwariskan kepada ahli waris," jelasnya.

Keaslian rumah tersebut masih terjaga, bahkan sejumlah perabotan peninggalan seperti pintu, kaca jendela, kursi, lemari kayu, cermin hingga jam ratusan tahun masih berfungsi.

"Ini saja kaca jendelanya masih asli buatan Belanda yang masih ada tulisan Bovvy Dordt. Kaca-kaca jendela tersebut diukir dengan tangan, jadi meski gambarnya sama ukirannya gak sama persis," terang Choiri.

Barang-barang di rumah ini sebagian besar dibawa dari luar negeri. Hadji Djaelan yang kala itu seorang saudagar kerap melakukan perjalanan dagang lintas negara.

"Setelah berdagang itu, buyut saya beli barang-barang dari sana. Termasuk kaca jendela, pintu, dan jam yang masih menggunakan tarikan untuk tetap berfungsi," ujar Choiri.

Tak hanya itu, masih ada lemari jati bertuliskan nama Hadji Djaelan Bin Oemar Soerabaya. Pada masa itu, wilayah Gresik masih masuk Kabupaten Surabaya.

"Ini semua menyimpan sejarah, terutama sejarah perjuangan buyut saya dalam melakukan perdagangan di Tanah Jawa ini. Baik rumah ini dan perabotan yang berada didalamnya," pungkasnya.

Asal-usul nama Rumah Gajah Mungkur sendiri berasal dari patung gajah yang dibangun di depan rumah, namun membelakangi jalan raya.

"Patung Gajah ini dibangun buat tetenger (pertanda) rumah posisinya itu dibuat di depan rumah dengan kondisi membelakangi jalan bukan menghadap ke jalan. Jadi Mungkur dari jalan," kata Choiri, Sabtu (20/9/2025).

Rumah Gajah Mungkur di GresikRumah Gajah Mungkur di Gresik Foto: Jemmi Purwodianto

Lebih jauh, Choiri menjelaskan bahwa nama itu memiliki filosofi mendalam.

"Kalau menurut cerita dari buyut-buyut saya, kenapa kok dinamakan Gajah Mungkur, karena kekuatan besar tentang pengetahuan akan bisa membelakangi dari nafsu jahat, keserakahan dan hal buruk lainnya," jelasnya.

Bangunan ini memadukan gaya Belanda, Tiongkok, dan Timur Tengah. Hadji Djaelan mendesain sendiri rumah tersebut berdasarkan pengalamannya berkeliling ke berbagai negara untuk berdagang sekaligus berhaji.

"Dulu kan kakek buyut saya itu dagang ke luar negeri, sampai pergi haji sendiri naik kapal. Karena selama berdagang buyut saya itu menggunakan kapal. Jadi dari melihat bangunan-bangunan yang ada di Belanda, Tiongkok dan Arab itu kakek membuat desain sendiri," ujar Choiri.

Hadji Djaelan dikenal sebagai saudagar besar yang mendominasi perdagangan di Jawa, khususnya penyamakan kulit hewan kuda, sapi, dan kambing. Ia juga memiliki usaha batik, sarang burung walet, hingga perusahaan rokok.

"Jadi kakek buyut ini sering keluar negeri untuk mengirim kulit terbaiknya. Selain itu batik, sisik penyu, tempaos. Tempaos itu bahan untuk campuran rokok. Makanya rumah ini bergaya tiga negara yakni Belanda, Tiongkok dan Timur Tengah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Geger Penemuan Mayat Terbungkus Kardus di Gresik, Polisi Selidiki"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads