Polsek Tegalsari terbakar saat kerusuhan pada Sabtu (30/8). Area bangunan cagar budaya itu 90% ludes. Selain itu, bunker yang berada di belakangnya diduga ikut terdampak.
Pantauan detikJatim, Bunker Tegalsari masih berdiri kokoh. Pintunya tertutup, lengkap dengan gembok yang menempel.
Namun rupanya kaca-kaca yang berada di bagian jendela bunker pecah. Hingga saat ini serpihan-serpihan kaca masih terlihat berceceran di sekitar area bunker.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menutupi jendela, kini dipasang triplek pada bangunan cagar budaya yang diresmikan Pemkot Surabaya tersebut.
"Iya Bunker Tegalsari terdampak. Kemarin (saat kerusuhan) kacanya pecah semua," ujar Pegiat sejarah dari Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, Senin (1/9/2025).
Senada, Pemerhati cagar budaya dari komunitas Oud Soerabaja Hunter, yang dikenal aktif memburu dan mendokumentasikan bangunan-bangunan peninggalan kolonial di Kota Pahlawan, Disatya Febriary turut mengatakan bahwa bunker itu kemungkinan terdampak pelemparan.
Ia sendiri sempat masuk ke bunker itu pada Minggu (31/8) pascakerusuhan yang terjadi hingga menyebabkan terbakarnya Polsek Tegalsari.
"Mungkin pelemparan. Soalnya saya ingat pas masuk, ruangannya terang kena cahaya dari jendela," katanya.
![]() |
Diketahui bahwa sebelumnya Pemkot Surabaya telah melakukan restorasi bunker Tegalsari. Bangunan itu merupakan peninggalan Hindia Belanda. Restorasi bunker dikerjakan satgas dari Dinas Cipta Karya Kota Surabaya.
Pada bunker itu, terdapat plakat dari Pemkot Surabaya yang menetapkan bunker sebagai bangunan cagar budaya. Sebagaimana SK Wali Kota Surabaya No 188.45/230/436.1.2./2015 yang ditetapkan pada 23 September 2015. Plakat itu menyebut bungker Tegalsari dibangun pada masa Hindia Belanda, sekitar tahun 1900-an.
Bangunan tersebut sezaman dengan Mapolsek Tegalsari. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, Mapolsek Tegalsari merupakan kantor polisi (d/h politiebureau 2e sectie te Soerabaja 1924 KITLV). Sedangkan bunker diduga difungsikan untuk tempat perlindungan, pengintaian, dan pertahanan.
Keunikan bunker Tegalsari terletak pada bentuk atap segi delapan dengan lubang ventilasi udara. Ciri ini mirip dengan bangunan kantor Polsek Tegalsari yang berada di kompleks yang sama.
Kuncarsono menjelaskan Bunker Tegalsari pada masanya memang difungsikan untuk tempat perlindungan.
"Pada era tahun 1920an itu, memang diwajibkan memiliki bungker untuk perlindungan. Karena memang (waktu itu diduga) ada ancaman perang dunia kedua. Jadi semua bangunan yang dibangun pada tahun-tahun itu memiliki bunker," jelas Kuncarsono sebelumnya.
Menurut Kuncarsono, salah satu bunker yang tersisa di Kota Surabaya berada di belakang Polsek Tegalsari. Di Surabaya, bunker juga ada di Rumah Dinas Wali Kota dan di Jalan Veteran.
"Karena semua rumah di tahun 1920an itu kira-kira IMB-nya diwajibkan syarat menyediakan bunker untuk perlindungan," ungkap Kuncarsono.
Pria yang akrab disapa Kuncar itu mengatakan, bungker Tegalsari dan kantor Polsek Tegalsari dulunya satu kompleks, yang kemudian ditetapkan dalam SK Wali Kota sebagai cagar budaya.
(auh/hil)