Makna Mendalam dari 10 Falsafah Hidup Orang Jawa

Makna Mendalam dari 10 Falsafah Hidup Orang Jawa

Mira Rachmalia - detikJatim
Minggu, 13 Jul 2025 01:00 WIB
Ilustrasi wayang kulit
Ilustrasi Wayang. Foto: Freepik/freepik
Surabaya -

Budaya Jawa dikenal kaya akan nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun, salah satunya melalui falsafah hidup orang Jawa. Falsafah ini bukan sekadar teori, melainkan menjadi pedoman spiritual dan sosial dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Ia berfungsi sebagai prinsip dasar dalam bersikap, mengambil keputusan, dan membangun harmoni dengan sesama. Falsafah Jawa bersifat universal, dapat diterapkan lintas zaman dan situasi. Akar ajarannya berasal dari perpaduan nilai-nilai Hindu-Buddha, kearifan lokal, serta spiritualitas yang mendalam.

Secara historis, falsafah ini juga berkaitan erat dengan hanacaraka atau aksara Jawa, yang dipercaya muncul dari kisah Aji Saka, tokoh legendaris dari Hindustan. Tak heran jika pengaruh budaya India sangat terasa, baik dalam bahasa maupun pandangan hidup masyarakat Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam konteks filsafat dunia, falsafah Jawa tergolong dalam aliran filsafat Timur, sejajar dengan tradisi filsafat India dan Tiongkok. Berbeda dari filsafat Barat yang cenderung rasional dan logis, falsafah Jawa lebih mengedepankan intuisi serta pencapaian kesempurnaan batin. Tujuan utamanya adalah meraih keseimbangan hidup dan ketenteraman jiwa.

10 Falsafah Hidup Orang Jawa

Falsafah hidup orang Jawa sarat akan nilai-nilai kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu. Meskipun berasal dari tradisi lama, ajaran-ajaran ini tetap relevan dan memberi makna dalam kehidupan modern. Berikut 10 falsafah hidup orang Jawa yang bisa menjadi pegangan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

ADVERTISEMENT

1. Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa

Artinya: Jangan merasa bisa, tapi bisalah merasakan.Makna: Falsafah ini mengajarkan tentang kerendahan hati. Jangan sombong atas ilmu atau kemampuan yang dimiliki, tetapi lebih penting untuk memiliki empati dan kepekaan terhadap lingkungan dan sesama.

2. Migunani tumraping liyan

Artinya: Bermanfaat bagi orang lain.Makna: Setiap manusia dianjurkan untuk berbuat baik dan berguna bagi orang lain. Kebaikan yang dilakukan akan kembali pada diri sendiri dalam bentuk balasan positif.

3. Eling sangkan paraning dumadi

Artinya: Ingat asal-usul dan tujuan hidup.Makna: Hidup bukan hanya soal duniawi, tapi juga soal spiritualitas. Kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas penciptaan dan menjaga arah hidup sesuai tujuan mulia.

4. Urip iku urup

Artinya: Hidup itu menyala.Makna: Hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi harus memberi cahaya dan manfaat bagi orang lain. Kehadiran kita seharusnya memberi energi positif bagi lingkungan sekitar.

5. Sura dira jaya ningrat, lebur dening pangastuti

Artinya: Keberanian dan kekuatan akan kalah oleh kasih sayang.Makna: Kasih sayang dan kelembutan hati mampu menaklukkan kemarahan dan kekerasan. Orang Jawa percaya bahwa kebaikan adalah kekuatan terbesar.

6. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha

Artinya: Maju tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa jimat, kaya tanpa harta.Makna: Kemenangan sejati tidak harus mengandalkan kekuatan fisik atau kekayaan materi, melainkan dengan keluhuran budi dan integritas.

7. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan

Artinya: Jangan sakit hati saat terkena musibah, jangan sedih jika kehilangan.Makna: Falsafah ini mengajarkan ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Segala hal yang datang dan pergi merupakan bagian dari perjalanan hidup.

8. Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman

Artinya: Jangan mudah heran, menyesal, terkejut, dan manja.Makna: Kita dituntut untuk menjadi pribadi yang kuat, stabil, dan tenang dalam menghadapi setiap situasi.

9. Ojo adigang, adigung, adiguna

Artinya: Jangan merasa paling kuat, paling hebat, atau paling pintar.Makna: Falsafah ini mengingatkan agar selalu rendah hati, meski memiliki kekuatan, kedudukan, atau kepintaran sekalipun.

10. Ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendo

Artinya: Jangan tergiur oleh barang yang mencolok, jangan mudah bimbang karena bisa lemah.Makna: Jangan mudah tergoda oleh kemewahan atau penampilan luar. Tetap teguh pada prinsip agar tidak kehilangan arah atau menyesal di kemudian hari.

Falsafah hidup dalam budaya Jawa mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan, kebaikan hati, dan kedalaman spiritual. Prinsip-prinsip ini tetap relevan di era modern sebagai penyeimbang dalam kehidupan yang semakin cepat dan kompleks.

Orang Jawa meyakini bahwa keseimbangan antara lahir dan batin, serta harmoni dalam hubungan antarmanusia maupun dengan Tuhan, adalah kunci menuju kehidupan yang bahagia dan bermakna.

Dengan memahami dan mengamalkan falsafah hidup Jawa, kita diajak untuk lebih bijak dalam menyikapi hidup, lebih tenang dalam menghadapi tantangan, dan lebih tulus dalam membangun hubungan dengan sesama. Inilah warisan luhur yang perlu terus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.




(ihc/irb)


Hide Ads